REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Lebak, Banten pada awal tahun ternyata membawa berkah bagi penambang pasir. "Kami sekarang mencari pasir tidak kesulitan, juga tidak berendam lagi di air sungai," kata Udin, seorang penambang di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Senin (27/1).
Menurut dia, produksi pasir pascabanjir melimpah dan begitu mudah. Hanya dengan menggali menggunakan cangkul bisa menghasilkan lima-enam kubik per hari.
Dengan hasil seperti itu, seorang penambang bisa meraup uang sebesar Rp 450 ribu sampai Rp 540 ribu dengan harga jual pasir rata-rata Rp 90 ribu per kubik. "Kami sangat terbantu dengan pendapatan sebesar itu," katanya.
Para penggali sebagian besar menggali pasir di lokasi bantaran aliran Sungai Ciberang. Samsu, seorang penambang pasir mengaku sejak dua pekan terakhir ini pendapatan ekonomi keluarga relatif lumayan karena biasanya seharian hanya mendapatkan uang Rp 150 ribu per hari.
Namun, kini pendapatannya bisa mencapai Rp 500 ribu per hari. Saat ini, pasir menumpuk di lahan bantaran sungai setelah diterjang banjir bandang tersebut.
"Kami menambang pasir bisa menjual lima kubik per hari dan dijual ke warga yang pesan dengan harga Rp 90 ribu per kubik," katanya.
Sampai hari ini, berdasarkan pantauan, sejumlah penggali pasir di tepi Sungai Ciberang di Desa Sukasari, Kecamatan Cipanas, masih terlihat melakukan aktivitas penggalian pasir. Mereka menggunakan cangkul dan karung untuk menampung pasir dan ditumpuk di tepi jalan.
Saat ini, permintaan pasir pascabencana cukup tinggi dari masyarakat yang akan membangun kembali rumah mereka. "Kualitas pasir itu cukup bagus untuk pembangunan rumah," kata Ahmad Sanukri, warga Kecamatan Cipanas.