REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ratusan jamaah Palestina yang akan shalat di Masjid Al-Aqsa dicegah memasuki tempat suci tersebut. Ditempatkan di pintu masuk Yerusalem, pasukan Israel menghentikan bus yang mengangkut warga Palestina ke Masjid Al Aqsa untuk shalat subuh.
Mereka memaksa bus putar balik dan kembali ke rumah mereka. Pasukan pendudukan mengklaim langkah itu merupakan upaya mencegah gangguan di lokasi, dilansir di Middle East Monitor, Jumat.
Menurut Times of Israel, ribuan pasukan pendudukan tambahan dikerahkan di Yerusalem sebelum shalat Jumat di Masjid Al Aqsa. "Polisi tidak punya hak untuk tidak mengizinkan kami datang ke masjid. Mereka menghukum orang tanpa alasan dan ini bukan yang pertama kalinya," kata seorang jamaah.
Pengerahan berskala besar diperkuat sebagai langkah keamanan pre-emptive yang ketat setelah meningkatnya kekerasan minggu ini yang mengakibatkan terbunuhnya setidaknya tiga warga Palestina. Ini menyusul 'rencana perdamaian' dari Presiden AS Donald Trump yang telah ditolak oleh semua pihak Palestina serta PBB karena tidak didasarkan pada resolusi yang diakui secara internasional.
Ini akan memungkinkan Israel mencapai sejumlah tujuan yang telah lama dipegangnya, termasuk kendali penuh atas Yerusalem yang disengketakan dan lampu hijau untuk mencaplok semua pemukiman dan bagian lain dari Tepi Barat yang diduduki. Pekan lalu, puluhan ribu jamaah menuju ke kompleks Masjid Al-Aqsa untuk shalat Jumat pertama setelah 'rencana perdamaian' diumumkan diserang peluru berlapis karet Israel.
Jamaah Palestina meneriakkan "Jiwa dan darah kami, kami akan berkorban demi Al-Aqsa." Pusat Palestina untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jalur Gaza mendokumentasikan 322 pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional oleh pasukan pendudukan Israel dan pemukim di wilayah Palestina yang diduduki minggu ini. Aksi itu sebagai tanggapan atas protes damai yang diorganisir terhadap 'rencana perdamaian' Trump.