REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- India membawa 20 diplomat asing untuk mengunjungi Kashmir. Ini kunjungan kedua sejak pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi mencabut status semi-otonom wilayah itu musim panas lalu.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri India mengatakan para diplomat yang bermarkas di New Delhi itu akan bertemu perwakilan lembaga swadaya masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan agama. Mereka juga akan menemui pengusaha setempat, pemimpin politik, pegawai sipil, dan beberapa perwakilan media.
Diplomat yang ikut dari Jerman, Kanada, Bulgaria, Nigeria, Prancis, Selandia Baru, Meksiko, Italia, Afghanistan, Austria, Uzbekistan, Polandia, dan beberapa anggota parlemen Uni Eropa. Mereka tinggal selama dua hari di Kashmir.
Para diplomat itu diantar dengan iring-iringan mobil dan pengawalan ketat dari bandara sampai hotel mewah. Mereka juga diajak naik perahu di Dal Lake di Srinagar.
"Semuanya normal dan baik-baik saja di sana, kami melihat anak-anak dalam perjalanan menuju sekolah mereka, yang mana menjadi tanda-tanda kenormalan," kata diplomat Afghanistan Tahir Qadiry sehabis naik perahu, Rabu (12/2).
Sejak Desember lalu semua sekolah dan perguruan tinggi di wilayah Himalaya itu ditutup karena liburan musim dingin. Belum diketahui apa yang dimaksud oleh Qadiry.
Melalui media sosial Twitter, Qadiry juga bercerita para diplomat bertemu dengan pengusaha laki-laki dan perempuan di Srinagar. Mereka membahas tentang status perdagangan dan pariwisata di sana.
Tapi situs-situs media sosial termasuk Twitter tidak dapat dapat diakses di Kashmir dengan alasan keamanan. Pada Januari lalu, pihak berwenang membuka kembali akses internet kecepatan rendah untuk telepon genggam.
India sudah dua kali mengorganisasi kunjungan diplomat asing setelah mencabut status semi-otonom Kashmir Agustus tahun lalu. Langkah ini disusul oleh penindakan keras termasuk mengerahkan puluhan ribu tentara di wilayah yang dimiliterisasi, menggelar jam malam, dan menahan ribuan orang.
Sejak saat itu pihak berwenang mulai melonggarkan berbagai batasan, termasuk akses internet. Di luar wilayah itu, akses dibatasi dan jurnalis tidak boleh masuk. Kunjungan Rabu ini dilakukan sebelum Modi melakukan kunjungan ke Brussels untuk pertemuan Uni Eropa-India pada 3 Maret mendatang.
"Kunjungan ini diselenggarakan sebagai tabir asap untuk mengecoh masyarakat internasional agar mereka percaya semuanya baik-baik saja di Kashmir dan mendukung sudut pandang India," kata pengusaha Kashmir, Abdul Rashid.