REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Acara premier film James Bond terbaru, No Time To Die di China dibatalkan. Berdasarkan keterangan, pembatalan itu dilakukan karena masalah virus corona.
Sebetulnya, pemutaran perdana James Bond: No Time To Die di Beijingmasih dua bulan lagi. Namun, menurut laporan Deadline, bioskop-bioskop di China yang kebetulan merupakan pasar box office terbesar kedua di dunia telah ditutup tanpa batas waktu.
Dilansir Fox News pada Selasa (18/2), pembatalan premier otomatis membuyarkan rencana kunjungan para pemain di beberapa kota di China. Indiewire melaporkan kerugian ekonomi dari penutupan teater sudah mulai terlihat.
Sebagai referensi, film James Bond sebelumnya, yakni Spectre memperoleh angka box office tertinggi di China sebesar 83,51 juta dolar AS pada 2015. Jika bioskop tetap ditutup, capaian No Time To Die dipastikan terdampak.
The Hollywood Reporter mencatat bahwa akhir pekan Liburan Tahun Baru Imlek pada bulan lalu menunjukkan box office bruto hanya 2 juta dolar AS. Angka itu merupakan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni lebih dari 507 juta dolar AS.
Sementara itu, sebuah laporan dari Sunday Times menunjukkan, jika kondisi China dan virus corona membaik dalam beberapa pekan mendatang, Daniel Craig dan bintang-bintang film No Time to Die lainnya, kemungkinan tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan perjalanan ke China.
Setidaknya lima orang meninggal dunia di luar daratan China, karena virus tersebut. Secara total, lebih dari 70.500 orang di Cina telah terinfeksi COVID-19 dan 1.770 meninggal dunia di daratan.
Film No Time To Die merupakan seri ke-25 dalam waralaba Bond dan akan menjadi “tamasya" terakhir Craig sebagai karakter agen rahasia 007. Sejauh ini, Bond pengganti belum dipilih tim.
Film terbaru mengisahkan Bond yang menjalani kehidupan damai di Jamaika, setelah meninggalkan kariernya. Namun, kunjungan dari teman CIA-nya, Felix Leiter, membawanya kembali ke kehidupan agen rahasia untuk beberapa aksi heroik yang menakjubkan.