Rabu 26 Feb 2020 17:49 WIB

Para Artis Desak Dunia Peduli Kekerasan atas Muslim India

Kekerasan dengan korban Muslim dikhawatirkan semakin meluas di India.

Rep: Mabruroh/ Ali Mansur/ Red: Nashih Nashrullah
Kekerasan dengan korban Muslim dikhawatirkan semakin meluas di India. Bendera India (Ilustrasi).
Foto: IST
Kekerasan dengan korban Muslim dikhawatirkan semakin meluas di India. Bendera India (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemandu Acara TV ternama, Hamza Ali Abbasi mendesak warga dunia untuk tidak mengabaikan kekerasan yang terjadi di Delhi, India. Dalam aksi menolak UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA), sudah ada 14 orang yang meninggal dunia termasuk seorang anggota polisi. 

Abbasi melalui tweetnya, mengatakan mendesak kekuatan dunia untuk memperhatikan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di India. 

Baca Juga

Abbasi khawatir, jika tindak kekerasan dan pelanggaran HAM yang menimpa umat Muslim di Delhi akan menjadi peristiwa serius yang belum terjadi sebelumnya.

"Beberapa orang Muslim telah dibunuh di jalanan, masjid dirusak, rumah dan bisnis orang-orang Muslim dibakar," tulis Abbasi seperti dilansir dari Thenews, Rabu (26/2).

"Kalau tidak, akan menjadi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah yang rapuh ini," ujar Abbasi. 

Seperti diketahui, bentrokan terjadi pada Senin lalu atas aksi protes terhadap UU CAA. Ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tiba di ibukota India, terjadi aksi pembakaran rumah dan toko-toko serta beberapa ban turut dibakar.  

Komedian Inggris, John Oliver juga turut mengecam Perdana Menteri India Modi atas Undang-Undang CAA yang kontroversial itu. UU tersebut banyak merugikan umat Muslim di India sehingga memicu aksi protes selama dua bulan terakhir di India. 

Pecahnya kerusuhan itu bertepatan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengadakan pertemuan bilateral dengan Nasionalis Hindu sayap kanan, Narendra Modi, di Delhi pada Selasa (25/2).

Unjuk rasa dan kerusuhan ini bagian dari gelombang protes terhadap Undang-undang (UU) Kewarganegaraan yang dianggap diskriminatif terhadap Muslim sejak dua bulan lalu. 

Undang-undang ini telah meningkatkan kekhawatiran di luar negeri, termasuk di Washington. Bahwa Modi ingin mengubah dari India sekuler menjadi negara Hindu dengan meminggirkan 200 juta Muslim. 

Sejauh ini 17 warga sipil dan satu polisi telah tewas, lebih dari 90 warga sipil dan hampir 50 petugas polisi terluka. "Saya mengimbau semua orang untuk menghentikan kekerasan. Kegilaan ini harus dihentikan," ujar Kepala Menteri Delhi, Arvind Kejriwal, saat mengunjungi Rumah Sakit Guru Teg Bahadur, seperti dikutip dari The Globe Post, Rabu (26/2).  

Polisi senior Alok Kumar mengatakan pihaknya masih menerima laporan kekerasan. Para pengunjuk rasa menyerang polisi di mana pun mereka berada dan saling bentrok di tempat yang tidak ada polisinya.  

Situasi ini juga disampaikan Broadcaster NDTV yang mengatakan tiga dari wartawan dan seorang juru kamera diserang massa di pinggiran timur laut kota yang berpenduduk 20 juta orang tersebut

“Hampir tidak ada kehadiran polisi di daerah itu. Para perusuh berlarian mengancam orang-orang, merusak toko-toko,” kata seorang penduduk di lingkungan migran Maujpur. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement