Rabu 26 Feb 2020 22:55 WIB

Di Silaturahim KUII VII, Wapres Akui Ketidakpuasan Umat

Wapres KH Ma'ruf Amin mengakui ketidakpuasan umat Islam.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Nashih Nashrullah
Wakil Presiden RI yang juga Ketua Umum MUI, KH. Ma
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Presiden RI yang juga Ketua Umum MUI, KH. Ma

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG— Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengharapkan peran lebih besar umat Islam di negeri ini. Sebab, Ma'ruf mengakui selama ini ada ketidakpuasan umat Islam dalam menjalankan peran di negeri ini.

Dia menerangkan, ketidakpuasan terutama karena merasa belum terlihat peran siginifikan umat Islam sebagai mayoritas. 

Baca Juga

"Saya tahu bahwa kita umat Islam tidak puas  karena merasa belum punya peran siginifikan di republik ini, padahal kita adalah mayoritas, jadi namanya itu katsirun fil jumlah, besar jumlah tapi perannya kecil," ujar Ma'ruf saat silaturahim dengan peserta Kongres Umat Islam Indonesia VII tahun 2020 di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Rabu (26/2). 

Karena itu, Ma'ruf berharap peran itu diberikan umat Islam dengan kontribusi ikut langsung dalam pembangunan bangsa. 

Dia menilai sebaiknya umat Islam tidak menggunakan pendekatan struggle for power atau usaha merebut kekuasaan. Sebaliknya peran dilakukan melalui kontribusi dalam membangun bangsa untuk memperoleh kepercayaan masyarakat lainnya. 

Dengan begitu, peran mayoritas umat Islam akan nampak dalam memimpin di negeri ini. "Kalau kita melakukan perebutan, yang direbut nggak mau, terjadilah adu kekuatan dan itu saya kira merusak tatanan dan merusak kondusivitas, tapi bagaimana memperoleh kepercayaan bahwa sebagai umat bisa dipercaya untuk bisa memberikan jadi pemimpin di negeri ini," ujar Ma'ruf. 

Meski begitu, Ma'ruf mengakui, sebenarnya banyak tokoh Muslim yang berperan besar di negeri ini. Namun sayangnya, tidak sedikit tokoh-tokoh Muslim itu dianggap belum merepresentasikan umat Islam secara keseluruhan. 

Hal ini yang membuat masih adanya ketidakpuasan umat Islam terhadap peran tokoh Islam di negara ini. 

"Karena itu bagaimana membuat mereka ini merasa representasi umat, sebagian daripada umat, ini yang barangkali perlu kita lakukan sehingga umat ini dalan satu pengaruh yang besar," ujarnya.  

Selain itu, Ma'ruf juga menyinggung perlunya satu imam atau pemimpin seluruh umat Islam di Indonesia. Namun, hingga kini sosok imam tersebut belum juga ditemukan.

Menurut dia, yang ada saat ini adalah imam atau pemimpin di masing-masing ormas Islam, baik itu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Tarbiyah, FPI, dan ormas Islam lainnya. 

Karena itu, kesepakatan yang diambil, selama belum ditemukan sosok imam tersebut, sementara menjadikan imam kelembagaan yakni Majelis Ulama Indonesia, sebagai kumpulan ormas Islam. 

"Kita sepakat yang paling pantas karena merepresentasikan umat Islam, adalah MUI, karena itu tanggung jawab imamah ini ada pada MUI secara kelembagaan dalam mengembangkan memperkuat dan menyatukan umat Islam, sebagai suatu kekuatan untuk bisa berperan besar di negeri ini," ujarnya.  

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement