REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyumas, Khafidz Nasrudin memastikan tidak ada anggotanya yang menimbun masker untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari penjualan masker. Hal ini ditegaskan Khafidz menyikapi kegiatan sidak atau ceking yang dilakukan pihak kepolisian ke beberapa apotik di wilayah Banyumas.
''Beberapa hari terakhir, kami mendapat laporan dari anggota kami yang mengaku telah didatangi pihak kepolisian. Mereka menanyakan soal stok masker yang disimpan apotik,'' jelasnya.
Menanggapi hal ini, Hafidz menyatakan, pada prinsipnya seluruh anggota IAI siap bekerja sama dengan pihak kepolisian. Namun dia berharap, pihak kepolisian juga tidak bersikap berlebihan dan lebih selektif dalam melakukan sidak ketersediaan masker. Khususnya, pada oknum-oknum yang dicurigai menimbun masker.
Dia menyebutkan, di seluruh Kabupaten Banyumas ada sekitar 200-250 apotik yang terdata menjadi anggota IAI. Namun hampir semua apotik tersebut, sudah tidak lagi memiliki stok masker.
''Tidak tersedianya masker di apotik, bukan karena pengelola apotiknya menimbun masker untuk dijual lagi dengan harga mahal. Tapi karena dari pedagang besar atau distributor maskernya sudah tidak pernah mengirim pasokan lagi,'' katanya.
Menurutnya, kesulitan mendapat pasokan masker ini, sebenarnya sudah berlangsung sejak kasus Corona di Cina banyak diberitakan. Kalau pun masih mendapat pasokan, jumlahnya tidak sesuai pesanan.
Namun sejak pertengahan Februari lalu, kesulitan mendapatkan masker semakin bertambah. ''Distributor, sudah tidak lagi melayanan pemesan masker dari apotik. Sementara permintaan masyarakat, justru semakin banyak,'' katanya.
Berdasarkan hal itu, Khafidz menepis anggapan bahwa apotik-apotik di Banyumas tidak lagi menyediakan masker, karena masker yang ada ditimbun pihak apotik. ''Saya kira, di Banyumas tidak ada yang seperti itu,'' katanya.
Bahkan dia menyebutkan, kelangkaan ini tidak hanya pada produk masker. Namun produk hand sanitizer atau cairan pembersih tangan, juga sudah mengalami kelangkaan. ''Kalau pun masih ada apotik yang menjual, jumlahnya sudah tidak terlalu banyak. Hanya apotik-apotik tertentu saja yang masih memiliki stok,'' katanya.
Rahma Wulandari, seorang apoteker di Apotik Whotara Kota Purwokerto, mengakui apotiknya sudah tidak lagi memiliki stok masker untuk dijual pada masyarakat sejak awal Januari 2020. ''Sejak saat itu, kami sudah kesulitan mendapatkan pasokan masker dari distributor. Kalaupun mendapat pasokan, jumlahnya tidak sesuai yang dipesan,'' katanya.
Untuk itu, persediaan masker yang ada, lebih dikhususkan bagi kebutuhan pegawai RS dan pegawai apotik. ''Lokasi apotik kami berada di depan RS. Karena itu, kami hanya melayani pembelian masker dari pegawai RS itu saja. Pembelian dari masyarakat tidak kami layani, karena persediannya sangat terbatas,'' jelasnya.
Sedangkan untuk hand sanitizer, Wulandari menyebutkan, kesulitan mendapatkan cairan pembersih tangan ini berlangsung sejak awal Februari. ''Saat ini, kami benar-benar tidak lagi memiliki stok hand sanitiser,'' katanya.