Jumat 06 Mar 2020 18:15 WIB

Muhammadiyah dan Visi Gerakan Islam

Segala gerakan yang dilakukan Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan visi Islam.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Yusuf Assidiq
Logo Muhammadiyah.
Foto: Wikipedia
Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Semenjak berdiri 1912 silam, KH Ahmad Dahlan telah membawa Muhammadiyah untuk konsisten bergerak di bidang keagamaan dengan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar. Konsep tersebut hingga saat ini menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Syamsul Anwar terus dijaga dan dipertahankan hingga saat ini.

Bahkan dia mengatakan segala usaha yang dilakukan Muhammadiyah sekarang ini melalui berbagai program dan kegiatan, semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia termasuk yang tidak kalah penting kesejahteraan. ‘’Usaha-usaha yang dilakukan Muhammadiyah adalah untuk menggapai visi agama Islam. Yakni menjadikan umat manusia yang bertakwa dan jadi insan berkualitas dalam kehidupan sehari-hari,’’ kata Syamsul.

Ia menyampaikan pendapat tersebut saat menjadi pembicara di Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020 Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Medan. "Muhammadiyah sejak awal didirikan oleh agamawan. Arti­nya sampai sekarang Muhammadiyah selalu membawa visi misi agama. Jadi segala gerakan yang dilakukan Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan visi Islam," imbuhnya.

Kehadiran Muhammadiyah di Indonesia, masih kata Syamsul, dimudahkan dengan kondisi warga negara Indonesia mayoritas secara sosiologis masih memercayai agama sebagai pedoman kehidupan. Fakta tersebut menjadi modal bagi Muhammadiyah melakukan gerakan lewat berbagai program.

Ia kemudian membandingkan de­ngan penduduk di negara-negara maju. Walau secara keduniaan, kehidupan warga negara maju lebih baik ketim­bang Indonesia, tapi menurutnya ada sisi yang tidak bisa mereka miliki seperti yang dipunyai umat beragama.  Penduduk di negara maju lebih banyak tidak memercayai agama dan tidak menjadikan agama sebagai landasan hidup.

"Jadi ketika dia sudah tua, dia kehilangan makna hidup. Sudah tidak menjadi produktif dan memilih meninggal dengan cara medis," ujar Syamsul.

Makna hidup

Fakta tersebut dalam pandangannya sangat miris. Karena sebenarnya Allah SWT menciptakan manusia untuk men­ja­lankan peran dan tugas masing-masing. Orang-orang yang punya pemahaman Islam yang baik menurutnya tidak akan memperbolehkan seseorang meninggal dengan cara medis atau bunuh diri. Karena setiap orang punya tang­gung jawab untuk mengurus orangtua mereka.

Syamsul menilai fenomena krisis makna hidup ini termasuk salah satu bagian dari gerakan jalan baru kemanusiaan Mu­ham­madiyah. Muhammadiyah harus terlibat aktif dalam memberdayakan dan mengurus warga senior atau lansia. “Tantangan Muhammadiyah mendatang, kita harus memaksimalkan ruang spiritualitas yang baru di samping yang sudah ada,’’ ujarnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Pelayanan Medis RSIJ Sukapura Jakarta Utara, Fifi Theresia Mahaputri, mengulas data dari Badan Pusat Sta­tistik (BPS) 2017 lalu. Data tersebut memerlihatkan 8,9 persen dari jumlah penduduk Indonesia terdiri dari 47,48 persen lansia laki-laki dan 52,52 persen lansia perempuan.

Lansia ini menurut data BPS ter­sebar se­banyak 49,64 persen di kota dan 50,36 persen di desa. Fifi menyebut Muham­madiyah bisa masuk ke wilayah ini untuk memberikan pelayanan sosial dan dakwah. "Muhammadiyah tidak boleh diam melihat data ini. Muhammadiyah dan kita semua harus melakukan ikhtiar menghadapi problematika sosial lansia.’’

Fifi menjelaskan beberapa dalil yang berisi pesan agar memuliakan orangtua dan lansia di dalam Alquran. Di antaranya QS Luk­man ayat 14 yang maknanya ‘Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada orang tua. Serta perintah un­tuk beru­cap syukur masih diberi kesempatan merawat orangtua sampai Allah memanggilnya’.

Kemudian menurut Fifi, Allah juga memberikan pesan melalui QS An Nahl ayat 70. Di mana Allah memang menciptakan manusia dan mewafatkannya kembali. Dan ada yang diberikan waktu kesempatan hidup sampai pikun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement