Ahad 08 Mar 2020 15:15 WIB

Ini Ciri-Ciri Awal Seorang Psikopat

Remaja yang bunuh bocah di Jakbar belum tentu psikopat.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Psikopat/ilustrasi
Foto: flickr
Psikopat/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos artinya penyakit. Sebab itu Psikopat disebut sebagai salah satu bentuk penyakit kejiwaan. Psikopat juga berbeda dengan penyakit gila. Karena seorang psikopat, dia sadar betul akan apa yang dilakukannya.

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani mengatakan diagnosis psikopat sebenarnya baru muncul ketika orang tersebut telah dewasa. Namun ada indikator-indikator awal ketika seseorang mengarah kepada perilaku psikopat.

“Misalnya tadi suka melakukan tindakan kasar kepada binatang, atau binatangnya tidak kenapa-kenapa sengaja dia bunuh, atau memang dia bahkan mencari binatang untuk dibunuh,” kata Anna dalam sambungan telepon, Ahad (8/3).

Anna melanjutkan, indikator lainnya misalnya tidak dapat mengontrol emosinya atau amarahnya. Seperti marah yang meledak-ledak, kesulitan mengontrol amarah, kemudian cenderung memisahkan diri dari teman-temannya dan anak-anak seusianya.

Dia juga sering merusak barang dengan alasan apapun. Ini bukan tentang anak yang gerak badannya canggung tapi memang dia secara sengaja merusak barang.

“Juga sering menuliskan atau menyampaikan hal-hal bernada kebencian, itu antara lain indikator-indikatornya,” terang Anna.

Hanya saja, Anna kembali menegaskan untuk mengetahui seseorang memiliki penyakit tersebut harus berdasarkan pemeriksaan. Misalnya saja dengan kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang anak remaja yang dengan sadis membunuh anak usia lima tahun karena terobsesi dengan film sadis yang ditontonnya.

Remaja tersebut juga melakukan dengan kesadaran dirinya serta tidak menunjukkan adanya penyesalan. Justru pelaku mengaku merasa puas dengan apa yang dilakukannya.

"Itukan penyelidikan polisi, penyelidikan polisi kan berbeda dengan penyelidikan yang lebih psikologis. Jadi gini loh, bisa saja betul bahwa dia tidak menyesal, tapi bisa juga dibuktikan dengan cara lain bahwa sebetulnya dia menyesal, itu memang perlu teknik bertanya yang berbeda, teknik investigasi yang berbeda," kata Anna.

Sehingga menurut Anna, meskipun pelaku menunjukan indikasi yang mengarah pada penyakit tersebut tetap harus ada pemeriksaan psikologis untuk mendiagnosa. Karena bisa saja anak tersebut menderitagangguan lain yang tidak dapat disebutkan olehnya.

"Pada remaja itu, ciri-ciri yang terkait keluhan seperti ini, belum tentu psikopat. Ada jenis-jenis gangguan lain yang sebetulnya dia alami," ungkapnya.

Menurutnya, jangan menghakimi anak remaja itu sebagai psikopat. Karena bisa saja tidak. Apalagi ia masih remaja dan punya masa depan yang sangat luas. Dia masih sangat mungkin berubah menjadi seseorang yang jauh lebih baik daripada seseorang saat ini.

"Itu yang kita harapkan itu yang perlu kita besarkan juga. Supaya dia jangan sampai menjadi psikopat tapi menjadi yang lebih baik dari saat ini," tutur Anna.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement