Jumat 13 Mar 2020 16:31 WIB

Parlemen Jepang Setujui Penetapan Keadaan Darurat Corona

Keadaan darurat membuat Abe dapat menutup sekolah hingga meminta pasokan medis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta warganya untuk bekerja dari rumah atau mengurangi jam kerja di kantor demi mengurangi risiko penularan virus corona (Covid-19). (Business Wire)
Foto: Business Wire
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta warganya untuk bekerja dari rumah atau mengurangi jam kerja di kantor demi mengurangi risiko penularan virus corona (Covid-19). (Business Wire)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Parlemen Jepang menyetujui peraturan yang memberi kewenangan kepada Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menetapkan keadaan darurat, Jumat (13/3). Pengesahan aturan itu membuat Abe dapat memerintahkan untuk menutup sekolah, menghentikan pertemuan besar, dan meminta pasokan medis untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Peraturan baru itu mengubah undang-undang yang sudah disahkan pada 2012 yang dibuat setelah epidemi flu pada 2009. Peraturan pengganti itu disetujui oleh anggota dewan majelis tinggi setelah majelis rendah mengeluarkan undang-undang itu sehari sebelumnya.

Baca Juga

Abe harus menyatakan keadaan darurat untuk menggunakan kekuatan baru. Sebelum persetujuan anggota parlemen dalam penerapan aturan baru, perdana menteri tidak bisa bertindak leluasa dalam memerintahkan aksi untuk pencegahan penyebaran virus corona.

Abe telah meminta sekolah untuk diliburkan sementara dan membatalkan penyelenggaraan acara serta pertemuan besar lainnya. Namun, sejauh ini anjuran tersebut belum memiliki kekuatan untuk membuat masyarakat patuh dalam melakukannya.

Laporan NHK, saat ini Jepang memiliki hampir 1.400 kasus virus corona termasuk sekitar 697 dari kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama. Sudah ada 27 orang, termasuk tujuh dari kapal pesiar yang meninggal dunia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement