REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketersediaan valuta asing untuk korporasi akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah. Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara menyampaikan kebutuhan valas untuk korporasi kini sedang meningkat.
Dana investor asing sudah keluar sekitar Rp 7,79 triliun sejak awal tahun sehingga akan dikonversi sahamnya ke mata uang dolar AS. Kebutuhan valas untuk persiapan impor juga tinggi karena jelang Ramadhan.
Sementara beberapa barang impor harganya naik karena stok berkurang. Ini membuat importir harus beli valas dalam jumlah besar sehingga membuat nilai tukar naik.
"Selain itu ada juga faktor pembayaran bunga dan cicilan pokok utang, itu juga menguras ketersediaan valas," katanya, Ahad (15/3).
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate mencatat nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.815 per dolar AS saat perdagangan ditutup Jumat (15/3). Nilai tersebut melemah hingga 315 poin dari Rp 14.490 pada hari sebelumnya, Kamis (14/3).
Bhima menyampaikan Bank Indonesia bisa lakukan intervensi dengan beli surat utang pemerintah di pasar keuangan. Selain itu, mendorong local currency settlement untuk meningkatkan penggunaan rupiah, misal dalam ekspor ke Malaysia dan Thailand.
Kemudian, memperbaiki mekanisme insentif dana hasil ekspor shingga lebih menarik bagi eksportir untuk konversi dolar ke rupiah. Terpenting juga adalah membangun pola komunikasi yang jernih ke masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kepanikan berlebihan.