REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah bergerak memantul pada Jumat (23/8/2024), setelah kemarin mengalami pelemahan saat eskalasi demonstrasi tolak RUU Pilkada memanas. Pengamat menilai hal itu terjadi karena perubahan drastis sikap DPR RI dari yang awalnya bakal menyetujui RUU Pilkada berbalik membatalkannya.
Dikutip dari Bloomberg, rupiah ditutup menguat 108 poin atau 0,69 persen menuju level Rp15.492 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, mata uang Garuda ditutup melemah 25 poin di level Rp15.492 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan terjadinya demonstrasi besar-besaran masyarakat mulai dari kalangan mahasiswa, buruh, hingga aktivis 98 di berbagai titik.
"Memanasnya situasi di DPR membuat konstalasi politik berubah total. Yang mana, sebelumnya Banggar DPR akan melakukan revisi hasil keputusan Mahkmah Konstitusi (MK), namun akhirnya Banggar DPR tadi malam dalam konferensi persnya menyatakan membatalkan revisi RUU Pilkada 2024 dan tidak ada rapat paripurna jelang akhir pendaftaran Pilkada pada 27 Agustus 2024," kata Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (23/8/2024).
Ibrahim menuturkan, menyusul pernyataan DPR, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menegaskan bahwa pendaftaran pasangan calon kepala daerah berpedoman pada putusan MK. KPU juga memastikan putusan ditindaklanjuti dalam Peraturan KPU (PKPU) Pilkada.
"Dengan pengumuman tersebut membuat masyarakat maupun investor kembali tenang dan percaya, bahwa demokrasi di Indonesia akan berjalan sesuai dengan rel yang ada," terangnya.
Dia menegaskan, situasi dan kondisi politik yang sudah kembali stabil itu kemudian bisa menambah kepercayaan tersendiri bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan dalam negeri.
Sentimen Lain
Ibrahim melanjutkan, sentimen lainnya dari dalam negeri yang membuat rupiah menguat adalah pemerintahan Prabowo Subianto pada 2025 direncanakan akan melakukan pembayaran bunga utang sebesar Rp552,85 triliun. Hal itu tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Angka tersebut naik 10,8 persen darioutlook pembayaran bunga utang pada tahun anggaran 2024 senilai Rp499,0 triliun.
Sementara itu, sentimen eksternal penguatan rupiah datang dari adanya kekhawatiran tentang melemahnya ekonomi dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.
"Namun, sejauh mana pelemahan tersebut, dan apakah hal itu akan menyebabkan bank sentral AS memangkas suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada pertemuannya di bulan September, masih dipertanyakan," jelasnya.
Ibrahim menyebut, para pedagang akan fokus pada pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pada Jumat di simposium Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, untuk mendapatkan petunjuk baru tentang besarnya penurunan suku bunga yang diharapkan pada September dan kemungkinan penurunan suku bunga berikutnya terjadi pada setiap pertemuan nantinya.
Powell dianggap kemungkinan enggan memberikan terlalu banyak detail, sebab data pekerjaan dan inflasi bulan Agustus akan dirilis setelah pidatonya, tetapi sebelum pertemuan 17--18 September 2024. Risalah dari pertemuan Fed pada tanggal 30--31 Juli 2024 yang dirilis pada Rabu menunjukkan bahwa 'sebagian besar- pejabat mengatakan penurunan suku bunga pada September mungkin terjadi.
Kemudian, faktor eksternal lainnya yakni data pada Kamis menunjukkan bahwa jumlah warga AS yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pada minggu terakhir, tetapi level tersebut masih menunjukkan pendinginan pasar tenaga kerja secara bertahap tetap utuh. Hal ini terjadi sehari setelah data yang direvisi untuk tahun hingga Maret menunjukkan bahwa pengusaha AS menambah jauh lebih sedikit pekerjaan daripada yang dilaporkan semula.
"Untuk perdagangn besok (Sabtu, 24 Agustus 2024) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.400-Rp15.520 per dolar AS," tutupnya.