Senin 16 Mar 2020 12:19 WIB

The Minions yang Mengaku Terburu-buru, Malah Mati Sendiri

Kevin/Marcus kalah pada partai final All England 2020 dari pasangan Jepang.

Ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya (kanan) dan Marcus Fernaldi Gideon pada laga final All England 2020. (ilustrasi)
Foto: Twitter/@YonexAllEngland
Ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya (kanan) dan Marcus Fernaldi Gideon pada laga final All England 2020. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fitrianto

Pasangan ganda putra nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon gagal menjadi juara All England 2020 setelah kalah dramatis dari pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di partai final Senin (16/3) dini hari WIB. Kevin/Marcus kalah dengan skor 18-21, 21-12, 19-21.

Baca Juga

Pasangan berjuluk Minions ini sebenarnya berpeluang membawa pulang gelar juara, sekaligus memutus lima kekalahan beruntun dari pasangan asal Jepang tersebut. Namun, sayang saat memimpin 19-18 di gim ketiga, mereka terlihat terburu-buru untuk bisa menyelesaikan laga. Mereka kehilangan tiga angka beruntun dan kalah 19-21.

“Waktu kami unggul 19-18 memang sedikit buru-buru ya. Pengin menyerang duluan malah mati sendiri,” ujar Kevin Sanjaya Sukamuljo, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (16/3).

Kevin/Marcus memulai pertandingan dengan kehilangan gim pertamanya 18-21. Beranjak ke gim dua, mereka mulai menguasai permainan dan berhasil menang meyakinkan dengan 21-12. Sayang pada gim penentu, perjalanan Kevin/Marcus tak semulus sebelumnya.

Mereka ketinggalan 0-6 di awal gim ketiga. Endo/Watanabe secara konsisten terus memimpin jalannya pertandingan.

Di sisi lain, Kevin/Marcus juga berusaha mengejar ketertinggalannya. Kevin/Marcus berhasil menyalip satu poin di posisi kritis menjadi 19-18. Sayang akhirnya tiga poin beruntun harus hilang dari tangan pasangan Indonesia. Endo/Watanabe pun sukses memastikan kemenangannya.

Meski tak berhasil menduduki podium juara, pencapaian Kevin/Marcus kali ini jauh lebih baik dari hasil tahun lalu. Pada All England Open 2019, Kevin/Marcus terhenti di babak pertama.

“Hasil tahun ini kami syukuri saja. Main juga sudah baik, cuma di partai final lawannya memang bagus. Mereka lagi bagus juga, belum pernah kalah satu gim pun. Lagi rapat juga mereka. Di akhir-akhir mereka melakukan spekulasi yang cukup nekat juga,” kata Marcus.

“Hari ini kami sudah coba yang terbaik, mungkin sedikit kurang hoki juga. Karena di akhir game kami sudah sempat leading. Hari ini mereka bermain dengan sangat konsisten dan nggak banyak melakukan kesalahan sendiri,” ungkap Kevin menambahkan.

Satu gelar

Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar dari All England 2020. Pasangan ganda campuran terbaik Indonesia saat ini

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, berhasil menjadi juara setelah mengalahkan pasangan Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai 21-15, 17-21 dan 21-8 dalam waktu 61 menit.

Praveen mengungkapkan kemenangan kali ini tak lepas dari dukungan luar biasa yang diberikan penonton di Birmingham. "Terima kasih bagi para penonton, dukungan luar biasa penonton membuat kita bisa bangkit di gim ketiga yang merupakan gim penentuan, setelah sempat kalah di gim dua." ujar Praveen usai laga.

Adapun, Melati menilai, kunci kemenangan kali ini karena fokus angka per angka. "Ini adalah turnamen besar siapapun bisa juara. Jadi tadi kita hanya fokus angka per angka saja." Ungkap Melati yang baru pertama juara di turnamen BWF Super 1000.

Gim pertama pertandingan berlangsung ketat, terutama di awal pertengahan pertandingan. Meski sempat tertinggal 1-4, Praveen/Melati terlebih dahulu mencapai angka 11-10.

Praveen/Melati meskipun banyak melakukan kesalahan servis, namun dengan ketenangan dan tetap mengontrol permainan, ganda peringkat nomor lima dunia ini berhasil memenangkan gim pertama dengan skor 21-15 dalam waktu 20 menit. Pada gim kedua Praveen masih belum dapat melakukan servis dengan baik.

Saat angka 3-3 Praven kembali melakukan kesalahan servis. Ia sempat melakukan protes, namun justru pemain yang akrab disapa Ucok ini  mendapat peringatan dari wasit. Buruknya servis Praveen mampu ditutupi dengan smash keras dan kontrol bola yang bagus dari Praveen, separuh laga gim kedua ini pasangan Indonesia memimpin 11-10.

Seusai jeda, laga masih ketat setelah unggul 13-12, pasangan Thailand berbalik unggul 16-13, 18-14, 19-15. Lagi sebuah servis foul Praveen membuat lawan Unggul 20-16. Setelah menambah satu angka, pasangan Indonesia akhirnya menyerah 17-21 dan memaksa dimainkan gim ketiga. 

Melati membuka angka 1-0 di gim ketiga. Dua kali  penempatan bola Praveen yang cerdik membawa Indonesia unggul 3-0, kemudian melaju 5-0, 7-1, 10-2,  sebuah smash ke arah badan Sapsiree membawa permainan ke jeda gim ketiga 11-3.

Setelah pindah posisi lapangan Praveen dua kali bolanya terlalu panjang 5-12. Namun Melati tampil apik di depan net dengan antisipasi yang cepat membuat Praveen lebih mudah menyerang Indonesia pun melaju 15-5, 16-6, 20-7 akhirnya sebuah penempatan bola Praveen ke sudut kanan pasangan Thailand dan tidak terjangkau menyudahi laga 21-8.

Bagi Praveen ini gelar All England kedua, sebelumnya tahun 2016 Praveen juara ketika itu berpasangan dengan Deby Susanto. Sedangkan bagi Melati ini gelar pertama di All England. Indonesia berpeluang menambah gelar juara, melalui ganda putra. Kevin/Marcus akan ditantang Endo/Watanabe di partai terakhir nanti.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement