REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jumlah total kasus virus corona atau Covid-19 di Israel naik menjadi 298. Israel melalui pejabat kesehatan mengumumkan 48 kasus baru infeksi Covid-19, Senin (16/3).
Penambahan angka kasus ini disebut menjadi yang terbesar sampai saat ini. Pejabat kesehatan Israel, dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita Turki, Anadolu Agency, Selasa (17/3), mengakui kasus-kasus baru ini menjadi lompatan yang besar di negara itu.
Dia mengindikasikan 8.571 orang telah diuji. Ada 19 petugas kesehatan dan lima tentara di antara mereka yang terinfeksi virus itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Senin malam kerangka kerja darurat sebagai langkah pencegahan terhadap virus corona baru. Departemen Kesehatan akan melarang acara yang menampung lebih dari 100 orang.
Netanyahu juga mengumumkan masa karantina wajib 14 hari bagi mereka yang datang ke Israel. Bisnis komersial selain pasar, apotek, pom bensin, dan bank ditutup pada Ahad lalu.
Virus corona muncul di Wuhan, China, pada Desember lalu. Virus ini telah menyebar ke setidaknya 146 negara dan wilayah. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan wabah itu sebagai pandemi.
Dari sekitar 173 ribu kasus yang dikonfirmasi, jumlah kematian sekarang melebihi 6.600, sementara lebih dari 77.500 dari mereka telah pulih, menurut Worldometer, sebuah situs yang mengumpulkan nomor kasus baru. Jumlah kasus aktif saat ini lebih dari 88.500, dengan 93 persen ringan dan 7 persen dalam kondisi kritis.
Netanyahu sebelumnya juga mengatakan rencananya menggunakan teknologi pelacak antiterorisme untuk meminimalkan risiko penularan virus corona. Pemantauan melalui teknologi dunia maya akan dikerahkan untuk menemukan orang-orang yang melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi virus corona. "Kami akan segera mulai menggunakan teknologi digital, yang biasanya kami gunakan untuk memerangi terorisme," kata Netanyahu.
Netanyahu mengatakan, penggunaan teknologi untuk melacak kasus virus corona bukan perkara mudah. Dia menggambarkan virus corona seperti musuh tak terlihat yang harus ditemukan. "Selama bertahun-tahun menjabat sebagai perdana menteri, saya menghindari penggunaan alat-alat ini di kalangan masyarakat sipil. Namun, kami tidak mempunyai pilihan," kata Netanyahu.