REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON—Ketika pandemi COVID-19 terus menyebar di seluruh dunia, semakin banyak peraturan seputar pekerjaan dan perjalanan telah diberlakukan untuk mengurangi risiko penularan. Ini menghasilkan polusi udara yang lebih rendah di Italia dan menurunkan emisi nitrogen dioksida di China.
Ketika virus corona baru SARS-CoV-2 pertama kali muncul di Hubei China pada Desember 2019, pabrik ditutup dan orang-orang dikarantina serta berhenti dari kegiatan sehari-hari mereka. Belanja, jadwal kerja rutin dan lebih cepat berlalu dari kehidupan sehari-hari. Ketika wabah tumbuh di Italia, langkah yang sama diambil.
Instrumen Pemantauan Tropis di atas satelit Copernicus, TROPOMI telah mengamati perubahan atmosfer dari ruang angkasa ini. TROPOMI merupakan kolaborasi antara Badan Antariksa Eropa, Komisi Eropa, Kantor Antariksa Belanda, industri, pengguna data dan ilmuwan.
Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS), dengan instrumen TROPOMI, mengidentifikasi penurunan signifikan dalam partikel halus (polutan udara utama). Dengan pengamatan satelit dan model komputer atmosfer, para peneliti telah menemukan penurunan 20 sampai 30 persen pada partikel permukaan selama petak besar di China.
Emisi nitrogen dioksida turun dari 20 Desember 2019 hingga 16 Maret 2020 (dengan rata-rata bergerak 10 hari). Menjelang akhir Maret, dapat dilihat ada peningkatan emisi lagi. Hanya saja ada penurunan yang berbeda dan signikan pada akhir Januari.
Direktur program pengamatan Bumi ESA, Josef Aschbacher mengatakan, satelit menawarkan titik pandang yang unik untuk memantau kesehatan planet Bumi. Sentinel-5P adalah salah satu dari tujuh satelit Copernicus di orbit hari ini.
“Satelit saat ini memberikan pengukuran paling akurat dari nitrogen dioksida dan gas jejak lainnya dari luar angkasa,” ujar Aschbacher dalam sebuah pernyataan, seperti yang dilansir dari Space, Sabtu (21/3).
Ia melanjutkan, nitrogen dioksida, terutama dihasilkan oleh lalu lintas dan pabrik, merupakan indikator tingkat pertama aktivitas industri di seluruh dunia. Yang jelas terlihat adalah penurunan signifikan kadar nitrogen dioksida di China. Ini disebabkan berkurangnya aktivitas karena pencegahan penyebaran COVID-19, juga pembatasan pada Tahun Baru China pada Januari lalu. Namun, ini hanya perkiraan kasar, manajer misi ESA Copernicus Sentinel-5P Claus Zehner menambahkan dalam pernyataan.
“Kami sedang melakukan analisis ilmiah terperinci yang akan segera memberikan lebih banyak wawasan dan hasil terukur dalam berpekan-pekan dan berbulan-bulan berikutnya,” kata Zehner.