Ahad 22 Mar 2020 12:25 WIB

Kasus Positif Covid-19 di Wuhan Muncul Tanpa Gejala Infeksi

Menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan pembawa virus yang tak terhitung.

Rep: Puti Almas/ Red: Muhammad Fakhruddin
(Ilustari) petugas kesehatan di rumah sakit pusat wuhan merawat pasien.(The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando)
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustari) petugas kesehatan di rumah sakit pusat wuhan merawat pasien.(The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando)

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING — Pemerintah China melaporkan tidak ada kasus penularan infeksi virus Corona jenis baru (Covid-19) secara lokal di wilayah daratan negara itu dalam tiga hari terakhir. Meski demikian, pihak berwenang terus bersiap dan memantau situasi, terlebih di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei yang menjadi tempat wabah pertama kali ditemukan pada Desember 2019. 

Sejauh ini tercatat ada 41 kasus yang seluruhnya adalah impor atau penularan terjadi di luar negeri. Termasuk di antaranya 14 pasien di Ibu Kota Beijing, sembilan di Shanghai, dan tujuh di Guangdong. Belum ada kasus lokal terbaru di China secara keseluruhan dan di Hubei menjadi hari kesembilan, sebagai provinsi dengan jumlah kasus infeksi virus corona jenis baru terbesar di Negeri Tirai Bambu.

Dilansir SCMP, pihak berwenang China hingga saat ini terus siaga, terlebih dengan ditemukannya sebuah kasus terbaru, yakni seorang pria di Wuhan yang dinyatakan positif Covid-19 namun tidak memiliki gejala infeksi apapun. Ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan pembawa virus yang tak terhitung. 

Pihak berwenang Qiaokou mengatakan seorang pria berusia 62 tahun dari distrik itu telah diuji untuk penyakit seperti pneumonia selama tiga kali dan hasilnya negatif hingga Selasa (17/3) lalu. Hingga pada Kamis (19/3) atau dua hari kemudian, ia dinyatakan positif Covid-19, tetapi satu hari setelahnya pada Jumat (20/3) hasil pemeriksaan kembali menunjukkan negatif. 

Pria itu tidak memiliki gejala seperti demam atau batuk sehingga tidak dihitung sebagai kasus yang dikonfirmasi. Ia melakukan pemeriksaan karena mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher. 

Di bawah pedomannya, Komisi Kesehatan Nasional China mengakui bahwa mungkin ada pembawa asimptomatik dan dapat menular, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai kasus yang dikonfirmasi dan dilaporkan kepada publik hingga menunjukkan gejala. Dua kasus lagi dilaporkan di lingkungan perumahan di Wuhan pada Jumat (20/3), tetapi pihak berwenang kemudian mengklarifikasi bahwa mereka telah dihitung pada Februari lalu, yakni dengan satu pasien telah keluar dari rumah sakit dan yang lainnya masih dirawat.

Sejak Wuhan melaporkan kasus pertama dari jenis virus Corona baru pada Desember 2019, Covid-19 telah menyebar di seluruh dunia, dengan lebih dari 260.000 orang terinfeksi dan lebih dari 11.000 kematian tercatat hingga Sabtu (21/3) kemarin. Ketika wabah mulai mereda di China, pihak berwenang negara itu kini memfokuskan pada kasus impor di kota-kota termasuk Beijing. Semua kedatangan internasional diwajibkan untuk masuk ke karantina selama 14 hari dan penumpang yang tiba di beberapa kota juga dites apakah memiliki infeksi virus.

 

 

 

Kasus asimptomatik lainnya sedang diselidiki oleh polisi di Provinsi Hebei, yang melibatkan seorang pria berusia 66 tahun dari Henan. Pria ini diketahui melarikan diri dari bandara di Shenyang, Liaoning setelah tiba dari Amerika Serikat (AS) pada Rabu (18/3) lalu. Ia dinyatakan positif COVID-19, tetapi tidak memiliki gejala.

 

 

 

Namun, alih-alih pergi ke rumah sakit, pria itu melanjutkan perjalanannya, dengan menaiki penerbangan domestik sebelum naik kereta api ke Xuchang di Provinsi Henan. 

 

 

 

Pihak berwenang Cina dilaporkan berhasil menghentikan pria tersebut di Xingtai, Hebei dan segera membawanya ke rumah sakit di kota itu. Wu Hao, dari panel pakar pengendalian penyakit Komisi Kesehatan Nasional Cina, mengatakan mungkin ada kasus yang lebih terisolasi muncul di komunitas yang melibatkan pembawa asimptomatik atau pasien yang mengalami masa inkubasi lebih lama dari biasanya.

 

 

 

“Kami harus siap untuk ini, mengidentifikasi kasus pada waktunya, mengendalikan sumber infeksi dan mengisolasi kontak dekat sehingga tidak ada transmisi lebih lanjut terjadi," ujar Hao kepada penyiar negara //CCTV//, Sabtu (21/3).

 

 

 

Rata-rata timbulnya gejala dari COVID-19 adalah lima hingga enam hari setelah infeksi, tetapi dapat berkisar antara satu hingga 14 hari, Zeng Yixin, wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional Cina pada bulan lalu mengatakan bahwa pembawa asimptomatik diidentifikasi ketika kontak dekat dari kasus yang dikonfirmasi diuji atau wabah kluster diselidiki.

 

 

 

Kasus-kasus seperti itu tidak dilaporkan sehingga tidak jelas seberapa lazim pembawa asimptomatik. Namun, menurut Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, mereka bertanggung jawab atas sejumlah kecil kasus infeksi dan sekitar 75 persen dari mereka mengalami gejala yang muncul kemudian atau di waktu lebih lambat. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement