REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Klub-klub Serie A kian serius mempertimbangkan untuk memangkas gaji pemain dalam kondisi darurat pancemik corona. Sebab, sampai saat ini hampir tidak mungkin memulai kembali kompetisi tepat waktu, meski awalnya akan dimulai pada awal Mei dengan akhir kompetisi pada 30 Juni.
Jika opsi ini pemotongan gaji ini tak memungkinkan, ada dua skenario. Pertama adalah perpanjangan musim 2019/20 sampai Juli. Namun itu akan memerlukan modifikasi kontrak semua pemain, khususnya mereka yang kontraknya habis akhir Juni tahun ini.
Aturan bursa transfer juga harus disesuaikan untuk mengizinkan skuat yang saat ini tetap bersama sampai semuanya selesai. Dikutip dari AS, Ahad (22/3), opsi ini disepakati oleh pesepak bola dan agen mereka di Italia.
Pilihan kedua, menyusul krisis yang belum diketahui kapan selesainya, kompetisi dihentikan tanpa adanya pertandingan lanjutan. Untuk Serie A, dampak finansialnnya akan luar biasa, yaitu sekitar 800 juta euro dan masih bisa lebih banyak lagi. Banyak yang telah menginvestiasikan uang mereka dengan harapan bisa dapat keuntungan dari hak siar. Pendapatan itu kemudian bisa hilang kalau kompetisi tidak dilanjutkan sampai selesai.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak krisis finansial, klub-klub Serie A mendiskusikan menunda pembayaran gaji pemain untuk bulan Maret. Presiden Asosiasi Pesepak Bola Italia (AIC) Damiano Tommasi, membuka pintu negosiasi untuk opsi tersebut. Menurutnya, pesepak bola adalah pihak pertama yang tertarik untuk menjaga sistem.
Namun ia minta semua pihak tenang, karena sampai saat ini belum diketahui apakah musim ini akan lanjut atau dihentikan. Hanya saya, Tommasi mengatakan kalau penundaan pembayaran gaji ini harus dibicarakan dengan pemain secara individu. ''Kita tidak bisa memaksa semua orang,'' ujar Tommasi.