Selasa 24 Mar 2020 00:30 WIB

Buya Anwar Apresiasi Seruan Dokter Paru Soal Covid-19

Buya Anwar Abbas mengapresiasi seruan dokter paru pasien Covid-19 di Youtube.

Red: Reiny Dwinanda
Sekjen MUI Anwar Abbas mengapresiasi seruan dari dokter yang merawat pasien Covid-19.
Foto: darmawan / republika
Sekjen MUI Anwar Abbas mengapresiasi seruan dari dokter yang merawat pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengapresiasi unggahan dokter spesialis paru-paru Rumah Sakit Persahabatan Mohamad Fahmi Alatas. Sang dokter mengajak masyarakat, terutama umat Islam, melakukan jaga jarak fisik dengan tidak berkerumun guna mencegah penularan Covid-19.

"Imbauan dokter Fahmi benar-benar menghunjam dan meluluhkan hati kita," kata Buya Anwar kepada wartawan, di Jakarta, Senin (23/3).

Baca Juga

Buya Anwar mengatakan, dokter Rumah Sakit (RS) Persahabatan itu telah mengingatkan masyarakat untuk mengurangi kegiatan berkerumun sementara sehingga bisa mengurangi beban pelayanan tenaga medis, terutama dari dokter spesialis paru-paru yang terbatas jumlahnya. Keterbatasan tenaga medis, menurut dia, bisa menjadi bom waktu jika jumlah penderita Covid-19 melonjak seketika, sementara ahli kesehatan jumlahnya tidak akan bertambah dan cenderung kurang.

"Maka, bantu mereka dengan tidak menghadiri tempat-tempat keramaian bagi memutus mata rantai penularan virus corona tersebut," kata Anwar merujuk virus SARS-CoV-2.

Dokter Fahmi melalui media berbagi konten video Youtube mengingatkan masyarakat untuk dapat membatasi diri agar dapat melakukan jaga jarak fisik dari orang lain guna memutus penularan Covid-19. Dia mengajak masyarakat, terutama umat Islam, untuk memilih shalat wajib sendiri sementara waktu guna menghindari Covid-19 menular. Terlebih, teramat sulit menjaga jarak satu dengan yang lainnya sejauh satu meter saat shalat berjamaah.

"Virus ini tersebar dengan jarak dekat. Perlu satu meter untuk memutus penualaran. Perlu pembatasan berkumpul. Tidak mungkin shalat berjarak satu meter," kata dia.

Fahmi, sebagai tenaga medis, melihat langsung penularan Covid-19 sangat cepat. Cara mencegahnya adalah menjaga jarak satu sama lain hingga masa inkubasi SARS-CoV-2 lewat selama dua pekan.

"Kami harapkan Anda, ulama, pendidik, mendidik jamaah untuk dua pekan saja bantu kami memutus tali rantai penularan ini. Dokter di Indonesia tidak sampai 100 ribu orang, sementara penduduk kita 270 juta orang. Di Jakarta hanya ada 200 orang dokter paru dengan masyarakatnya 10 juta orang," kata Fahmi yang juga pernah bertugas saat tsunami Selat Sunda.

Menurut Fahmi, jika terjadi lonjakan pasien Covid-19 yang tidak seimbang dengan tenaga medis, tentu akan banyak berjatuhan korban dari virus yang bisa memicu pneumonia dan dampak negatif lainnya. Pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan, tenaga medis yang menangani Covid-19 juga sudah banyak yang kalah karena tertular, kelelahan, dan sebab lain.

"Kalau kita tidak bisa membatasi perkumpulan-perkumpulan maka penyebaran akan terus berlanjut. Betapa saudara-saudara kita dokter, perawat yang 24 jam tanpa menyebut lelah, terkadang lupa memperhatikan diri sendiri," katanya.

"Jika jumlah penderita Covid-19 meningkat, kita bisa mengorbankan teman-teman kita di front terdepan pasien secara langsung tumbang satu per satu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement