Selasa 24 Mar 2020 11:54 WIB

Kementerian BUMN-Kemenag Jajaki Asrama Haji untuk RS Darurat

RS darurat diupayakan akan diperbanyak di luar jakarta.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19
Foto: Antara/Kompas/Heru Sri Kumoro
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) untuk menjajaki kemungkinan mengubah dan membangun Rumah Sakit (RS) Darurat menangani virus SARS-CoV2 (Covid-19) diluar Jakarta. Salah satu tempat yang mungkin diubah menjadi RS darurat Corona adalah asrama haji.

Menurut Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Arya Sinulingga, keberhasilan mengubah wisma atlet di Jakarta Pusat menjadi rumah sakit darurat penanganan rujukan Covid-19 akan diperbanyak di beberapa daerah lain. Diantaranya Semarang, Bandung, dan Surabaya.

Baca Juga

"Kami ditugskan mencari tempat menampung banyak orang (pasien Covid-19) dan menggandeng Kemenag dan memungkinkan memakai asrama haji. Kemungkinan memakai tempat itu sebagai rumah sakit darurat," ujarnya saat konferensi pers dukungan BUMN untuk penanganan Covid-19, di akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (24/3).

Sebelumnya, Kementrian BUMN diminta presiden Joko Widodo untuk mengubah wisma atlet yang jadi tempat tinggal para atlet menjadi ruangan rumah sakit yang memiliki ruang perawatan intensif (ICU), ruang darurat hingga beberapa lantai memiliki tekanan negatif dan virus tidak bisa masuk. Kemudian dalam empat hari, Kementrian BUMN mengubah wisma menjadi RS darurat yang memiliki tempat ICU, tes laboratorium, Polymerase Chain Reaction (PCR).

"RS darurat itu bisa melayani 1.500 pasien. Selain itu ada penambahan ruangan (rawat inap) di tower berikutnya, mudah-mudahan 3 ribu kamar untuk pasien Covid-19," katanya.

Kapasitas rumah sakit darurat ini diharapkan bisa menampung pasien-pasien yang dikhususkan masuk ke rumah sakit darurat itu. Ia menjelaskan, kini RS darurat Wisma Atlet dibagi menjadi beberapa zona.

Wisma Altet dibagi menjadi zona hijau, zona kuning dan zona merah. Zona kuning yang boleh dimasuki publik. Zona kuning untuk tenaga medis supaya punya tempat tinggal di sana. Terakhir adalah zona merah yang merupakan zona khusus pasien dan orang yang bisa masuk ke zona itu harus memakai alat pelindung diri (APD).

Terkait membludaknya pasien begitu dibuka, ia mengakui begitu RS darurat ini diresmikan kemarin Senin (23/3) jam 17.00 WIB dan dibuka ternyata sekitar 30 pasien langsung bersamaan masuk RS itu. Akhirnya ada antrean masuk RS jadi agak panjang.

"Mohon dimaklumi karena butuh waktu, tidak mungkin langsung

dilayani serentak. Kami terus meningkatkan servis kami untuk memberikan pelayanan," ujarnya.

Dia meminta orang-orang yang positif tapi masih sehat bisa isolasi di rumah saja. Jika gejala agak berat bisa masuk ke RS darurat wisma atlet, dan kalau sangat parah bisa dirawat di rumah sakit Pertamina Jaya atau rumah sakit rujukan lainnya. Ia menyebutkan saat ini ada 31 RS BUMN yang siap menjadi rujukan penanganan Covid-19.

"Karena dikhawatirkan ada puncak yang diperkirakan bisa 8 ribu pasien menurut Institut Teknologi Bandung makanya disebar," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement