REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) meningkatkan anggaran sebanyak dua kali lipat atau sebesar 100 triliun Won untuk menyelamatkan ekonomi negara dari dampak pandemi virus corona. Paket tersebut mencakup 29,1 triliun Won pinjaman untuk usaha kecil dan menengah, sementara 20 triliun Won lainnya akan digunakan untuk membeli obligasi korporasi dan surat berharga perusahaan yang menghadapi krisis kredit.
"Kami akan memastikan bahwa perusahaan tidak bangkrut karena goncangan Covid-19. Perusahaan yang normal dan kompetitif tidak akan pernah tutup hanya karena kekurangan likuiditas sementara," kata Presiden Korsel Moon Jae-in.
Pengumuman ini mengikuti langkah-langkah serupa oleh pemerintah dan bank sentral secara global ketika ekonomi dunia melemah di bawah tekanan. Sebagai bagian dari paket penyelamatan, Komisi Jasa Keuangan mengumumkan fasilitas sebesar 10,7 triliun Won untuk menstabilkan pasar saham. Komisi tersebut juga akan mulai melakukan pembelian obligasi pada April yang akan didanai oleh 84 institusi, termasuk Bank of Korea, bank komersial, dan perusahaan asuransi.
Sejumlah perusahaan serta usaha kecil dan menengah terkena dampak pandemi Covid-19. Penutupan restoran, kafe, hotel, dan penerbangan membuat perekonomian Korsel terpukul.
Lebih dari 210 ribu usaha kecil telah mengajukan 'pinjaman darurat' yang ditawarkan pemerintah awal bulan ini. Pandemi virus corona telah menyebabkan penutupan di pabrik-pabrik mobil dan dealer di Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi produsen mobil Korsel seperti Hyundai Motor Co dan Kia Motors Corp.
Korsel melaporkan 76 kasus virus corona baru pada Selasa (24/3). Jumlah tersebut menurun dari sebelumnya dan meningkatkan harapan bahwa penyebaran Covid-19 di luar China akan melambat.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi mencapai 9.037 dengan jumlah kematian 120. Korea Selatan pada Senin melaporkan jumlah kasus baru terendah sejak puncak 909 yang tercatat pada 29 Februari.