Jumat 27 Mar 2020 14:46 WIB

Kisah Umar bin Abdul Aziz Takut Peluang Korupsi

Umar bin Abdul Aziz memiliki sifat wara sehingga takut korupsi.

Kisah Umar bin Abdul Aziz Takut Peluang Korupsi (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Kisah Umar bin Abdul Aziz Takut Peluang Korupsi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi sahabat Nabi SAW dan para tabiin serta tabiit tabiin meninggalkan aneka kisah keteladanan. Mereka tidak hanya memiliki ilmu-ilmu agama, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu dari tokoh tersebut adalah Umar bin Abdul Aziz. Ibundanya merupakan cucu sang khalifah kedua dalam sejarah Islam, Umar bin Khattab. Tidak hanya selaras dalam silsilah. Perilakunya pun mengikuti sifat wara dari al-Faruq. Tak heran, kalangan sejarawan menyebutnya sebagai "Umar Kedua."

Baca Juga

Dalam Dinasti Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz berkuasa sekitar dua tahun lamanya. Namun, periode itu termasuk yang membuat tenteram rakyat Muslimin. Sebab, kepemimpinan Umar selalu mengedepankan kepentingan umat.

Sebagai pejabat negara, Umar bin Abdul Aziz berprinsip sangat hati-hati (wara’) dalam menggunakan fasilitas negara. Dikisahkan bahwa suatu ketika, pemimpin Muslimin ini harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam.

Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Umar pun mempersilakannya untuk mendekat.

“Ada apa putraku datang ke sini?” tanya Umar, “Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?”

“Urusan keluarga, Ayah,” jawab sang anak.

Kontan saja Umar bin Abdul Aziz meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita.

“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan.

“Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Mintak untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” jelasnya.

Dia lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar dan menyalakannya.

“Sekarang, lampu yang kepunyaan keluarga kita telah dinyalakan. Minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri. Silakan lanjutkan maksud kedatanganmu,” kata sosok berjulukan khulafaur rasyidin kelima itu lagi.

Demikianlah, rasa wara' Umar bin Abdul Aziz membuatnya lebih suka berbincang dalam gelap daripada harus disinari terang dari uang negara. Bagi orang-orang kini, mungkin persoalan tersebut sepele. Akan tetapi, seorang mukmin yang kuat imannya menyadari betul, Allah Maha Teliti atas setiap perbuatan hamba-hamba-Nya.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement