Senin 30 Mar 2020 12:28 WIB

Kanada tak Kerahkan Militer untuk Atasi Pandemi Covid-19

Perdana Menteri Justin Trudeau nilai bantuan militer belum diperlukan atasi Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Justin Trudeau menilai bantuan militer belum diperlukan. Ilustrasi.
Foto: Phillip Guelland/EPA
Perdana Menteri Justin Trudeau menilai bantuan militer belum diperlukan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada tidak akan mengerahkan pasukan militer untuk membantu memerangi penyebaran virus corona atau Covid-19. Meski 10 wilayah di Kanada telah menyatakan keadaan darurat, Perdana Menteri Justin Trudeau menilai bantuan militer belum diperlukan.

"Kami siap untuk semua jenis situasi yang berbeda. Tentu saja orang Kanada tahu betul bahwa anggota angkatan bersenjata selalu siap membantu ketika mereka dibutuhkan. Untuk saat ini tidak ada permintaan khusus dan tidak ada rencana untuk melakukan operasi yang melibatkan angkatan bersenjata," ujar Trudeau dalam konferensi pers harian.

Baca Juga

Trudeau mengatakan Ottawa akan menggelontorkan dana bantuan sebesar 145 juta dolar AS bagi tunawisma, perempuan, dan anak-anak yang melarikan diri dari kekerasan. Dana tersebut juga digunakan untuk layanan konseling bagi anak-anak muda di tengah pandemi virus corona.

Pada Sabtu, jumlah kasus virus corona di Kanada naik menjadi 6.280 dari 5.655 sedangkan jumlah kematian naik menjadi 63 dari 61. Peningkatan kasus virus corona telah membuat sejumlah wilayah di Kanada meningkatkan antisipasi.

Quebec telah membatasi akses dan menempatkan polisi di perbatasan dengan Amerika Serikat. Hal ini untuk memastikan para pendatang yang kembali ke Kanada harus melakukan karantina. Kasus infeksi virus corona terbesar di Kanada terjadi di Quebec.

Sebuah pabrik pemotongan babi di kota Yamachice tutup selama 14 hari setelah sembilan karyawan mereka dinyatakan positif corona. Pabrik pengemasan di Alberta juga menghentikan penyembelihan hewan ternak pada Jumat setelah seorang pekerja didiagnosis menderita penyakit pernapasan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement