REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Divisi Relawan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) dr Hadiki Habib mengatakan, masker kain bisa menjadi alternatif untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tengah kelangkaan masker bedah karena sedikitnya stok. Menurutnya, masker kain bisa menjadi pilihan masyarakat sebagai langkah antisipatif, meski tidak sebaik jika dengan menggunakan masker bedah karena sifat materialnya.
"Antara masker berbahan kain dan masker bedah itu ada perbedaan terutama dari sifatnya, di mana masker bedah itu bisa menyerap percikan cairan dan bagian luarnya itu mencegah percikan dari luar masuk ke dalam. Kalau kain bagian luarnya tetap bisa menyerap cairan, namun bagian dalamnya bisa rembes ke luar," ujar Hadiki di Jakarta, Jumat.
Akan tetapi, menurut Hadiki, saat persediaan masker bedah mulai langka dan susah didapatkan seperti sekarang ini, maka masker berbahan kain bisa digunakan sebagai alternatif masyarakat. Tentunya, itu harus dibarengi dengan pembatasan aktivitas kontak dengan orang lain.
"Kalau dibandingkan dengan tidak pakai masker, tentu pakai masker kain bisa menurunkan risiko tertular dibandingkan tidak pakai sama sekali," jelasnya.
Akan tetapi, itu berlaku masyarakat di lingkungan sekitar masih terbilang aman. Pemakain masker kain aktivitasnya juga tidak boleh berkerumun di tempat banyak orang dan tidak boleh berada di sekitar rumah sakit.
Hadiki mengatakan, masker kain itu hanya bisa digunakan alternatif bagi masyarakat umum. Di rumah sakit, masker bedah atau N95 lebih diperlukan.
"Kalau untuk masyarakat sehari-hari ya kalau tidak ada masker bedah ya pakai masker kain. Tapi kalau untuk di rumah sakit, ya harus wajib pakai masker bedah atau di atasnya, karena ketemunya orang sakit," ujarnya.