REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- China mengheningkan cipta selama tiga menit untuk para korban virus corona. Terutama bagi mereka yang gugur saat menghadapi pandemi global tersebut. Pada Sabtu (4/4) bunyi sirene menggema dan bendera-bendera dikibarkan setengah tiang.
Upacara penghormatan ini digelar pada pukul 10.00 waktu setempat di kota-kota besar. Khususnya di kota industris Wuhan, tempat pertama virus korona terdeteksi pada bulan Desember lalu.
Sejak 23 Januari lalu Wuhan ditutup untuk menahan laju penyebaran virus. Pemimpin-pemimpin China menyebut Wuhan sebagai 'kota pahlawan' karena pengorbanan yang dilakukan 11 juta penduduknya.
Masyarakat Wuhan perlahan-lahan diizinkan untuk melakukan perjalanan dan keluar dari kota tersebut. Karantina wilayah di Wuhan sudah resmi dicabut pada Rabu (2/4).
Dewan Kabinet China memerintahkan semua kota di seluruh negeri dan kedutaan China di seluruh dunia mengibarkan bendera setengah tiang. Mereka juga meminta agar semua aktivitas rekreasi ditangguhkan.
Kantor berita Xinhua melaporkan mobil, kereta, dan kapal membunyikan klakson selama tiga menit untuk berpartisipasi apa yang mereka sebut sebagai 'ratapan sedih'. Sebelumnya China juga pernah menggelar upacara mengheningkan cipta yang biasanya untuk mengenang kekejaman Jepang selama Perang Dunia II. Namun, aksi ini jarang dilakukan dalam skala nasional.
Upacara mengheningkan cipta ini dilakukan dua hari sebelum festival tradisional Qingming, ketika warga China mengunjungi makam leluhur mereka. Pemerintah sudah melarang tradisi tersebut untuk menghindari pertemuan besar yang mungkin memicu penyebaran virus corona gelombang kedua.
Di China lebih dari 3.000 petugas medis terinfeksi virus korona yang dikenal Covid-19 dan 14 diantaranya meninggal dunia. Salah satunya dokter Li Wenliang yang sempat diancam dipidana setelah mengungkapkan virus itu di media.
Pada Sabtu ini, China melaporkan satu kasus baru virus korona dan empat kematian di Wuhan. China juga melaporkan 18 kasus lainnya dari orang yang baru pulang dari luar negeri.
Sejauh ini China melaporkan 81.639 kasus infeksi dan 3.326 kematian. Walaupun angkan tersebut dinilai karena kurangnya pemeriksaan dan keengganan melaporkan skala infeksi yang sebenarnya.
Menurunnya angka infeksi di Cina terjadi saat angka penyebaran virus korona di seluruh dunia meningkat. Amerika Serikat (AS) kesulitan mengatasi wabah yang telah menewaskan 1.860 orang di New York.
Angka kasus baru dan kematian di negara-negara Eropa yang paling terdampak virus korona seperti Italia, Spanyol dan Prancis juga masih terus bertambah. Meskipun mereka telah memberlakukan pembatasan sosial seperti yang diterapkan Cina.