Selasa 07 Apr 2020 12:00 WIB

Telkom University Ciptakan Robot Disinfektan Covid-19

Robot akan diujicobakan untuk mensterilisasikan ruang isolasi di RSHS Bandung

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Telkom University ciptakan robot disinfektan untuk cegah pengebaran Covid-19
Foto: Dok Telkom University
Telkom University ciptakan robot disinfektan untuk cegah pengebaran Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Sejumlah peneliti Telkom University menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah berhasil menciptakan sebuah robot disinfektan untuk mencegah penyebaran virus corona atau covid-19. Robot tersebut telah dinamai Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR).

Rencananya, robot tersebut akan diujicobakan untuk mensterilisasikan ruang isolasi pasien covid-19 di RSHS Bandung dan Rumah Sakit Pindad tanpa melibatkan manusia yang berpotensi terpapar virus. Cara kerjanya, robot disinfektan mengeluarkan sinar UVC kisaran 200 nm dan 280 nm.

Sinar tersebut akan diserap oleh DNA, RNA dan protein yang menyebabkan pecahnya dinding sel protein dan membuat mati virus. Selain itu, penyerapan sinar UVC oleh DNA dam RNA (khususnya basa timin) maka proses replikasi DNA akan terganggu dan sel tidak dapat melakukan replikasi.

Rektor Telkom University, Adiwijaya mengatakan robot disinfektan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia. Menurutnya, alat yang serupa digunakan dibeberapa negara salah satunya Denmark.

"Semoga alat ini bermanfaat untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima.

Ia mengatakan, robot tersebut dapat beroperasi hingga 5 jam sedangkan sistem kerja UVC  berlangsung sekitar 1 jam. Selain itu, kontrol terhadap robot bisa dilakukan dalam beberapa mode diantaranya menggunakan remote control, dengan melakukan line tracking atau laser range navigation.

Katanya, robot pun sudah dilengkapi sensor ultrasonic untuk menghindari tabrakan dengan benda di sekitarnya. Menurutnya, biaya riset dan pengembangan robot AUMR  mencapai Rp 250 juta namun jika dibandingkan diluar negeri harganya lebih mahal sehingga relatif terjangkau.

Beberapa peneliti tersebut yaitu, Angga Rusdinar dan Kemas Muslim Lhaksmana dari Telkom University. Irwan Purnama dari LIPI Bandung dan Ratih Asmana dari LIPI Bogor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement