Rabu 08 Apr 2020 22:36 WIB

Pertemuan Rasulullah SAW dengan Badui Kala Tawaf di Kabah

Pria dari Badui sangat menghormati Rasulullah SAW.

Pria dari Badui sangat menghormati Rasulullah SAW. Ilustrasi Tawaf.
Foto: Heri Ruslan/Republika Online
Pria dari Badui sangat menghormati Rasulullah SAW. Ilustrasi Tawaf.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Rasulullah SAW sedang bertawaf mengelilingi Ka’bah, beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Lalu, Nabi SAW menirunya, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, lalu berzikir lagi. Nabi Muhammad SAW pun kembali mengikutinya. Seakan merasa seperti diolok-olok, orang itu menoleh ke belakang. Terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah dan tampan, yang belum pernah dikenalinya. 

Orang itu lalu berkata, “Wahai, orang tampan, apakah engkau memang sengaja memperolok-olokku karena aku ini adalah orang Arab Badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Baca Juga

Rasulullah SAW pun tersenyum, lalu bertanya, “Tidakkah engkau mengenali nabimu, wahai, orang Badui?” 

Orang itu menjawab, “Belum.” Lalu, Rasulullah bertanya, “Jadi, bagaimana engkau beriman kepadanya?” Si Badui kembali berkata dengan mantap, “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya walaupun saya belum pernah melihatnya. Saya membenarkan putusannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya.”

“Wahai, orang Badui, ketahuilah, aku ini nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat,” tutur Rasulullah SAW. Melihat Nabi SAW di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya. Tuan ini Nabi Muhammad? Nabi SAW menjawab, “Ya.”

Ia segera menunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah SAW. Melihat hal itu, Nabi SAW segera menarik tubuh orang Badui itu seraya berkata kepadanya, “Wahai, orang Badui, janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur dan yang minta dihormati atau diagungkan. Akan tetapi, demi berita gembira bagi orang yang beriman dan demi berita ancaman bagi yang mengingkarinya.”  

Ada dua makna penting dalam kisah di atas yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama,  terkait dengan kebanggaan tiada tara seorang hamba bertemu dengan Nabi SAW, pembawa kebenaran di dunia dan pemberi syafaat di akhirat kelak. Gerakan tunduk untuk mencium kaki Rasulullah merupakan perilaku spontan yang dilakukan orang biasa karena mendapatkan sesuatu yang tak terhingga. Hal ini wajar sebab tidak semua umat dapat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.

Kedua, yang lebih penting dari pertemuan orang Badui dengan Rasulullah SAW itu adalah kecintaan terhadap Nabi SAW bukan dengan cara memujanya, seperti mencium kaki dan lain sebagainya. Rasulullah tidak ingin memosisikan diri di hadapan umatnya laksana tuan dan budak.

 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement