REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Afrika dapat menjadi episentrum berikutnya dari wabah virus corona covid 19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemungkinan pandemi itu akan membunuh sedikitnya 300 ribu orang di Afrika dan mendorong hampir 30 juta orang ke dalam kemiskinan.
Pekan lalu Afrika telah mengalami peningkatan tajam dalam kasus covid 19. Ada hampir 1.000 kematian dan hampir 19 ribu infeksi di seluruh Afrika.
Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika, yang memperingatkan 300 ribu orang bisa meninggal. Komisi ini menyerukan jaring pengaman senilai 100 miliar dolar AS untuk benua itu. Ini termasuk menghentikan pembayaran utang luar negeri.
Dilansir di BBC, Jumat (17/4) disebutkan, WHO mengatakan virus itu tampaknya menyebar jauh dari ibu kota Afrika. WHO juga menyoroti bahwa benua itu tidak memiliki ventilator untuk menangani pandemi.
Lebih dari sepertiga populasi Afrika tidak memiliki akses ke pasokan air yang memadai dan hampir 60 persen penduduk kota tinggal di daerah kumuh yang padat. Kondisi semacam ini mendorong virus dapat berkembang.
Direktur WHO Afrika, Matshidiso Moeti mengatakan bahwa perjalanan internasional berperan dalam penyebaran covid 19.
"Jika Anda melihat proporsi orang yang bepergian, Afrika memiliki lebih sedikit orang yang bepergian secara internasional," katanya.
Tetapi sekarang karena virus itu ada di dalam Afrika, dia mengatakan bahwa organisasinya bertindak berdasarkan asumsi bahwa ia akan menyebar secepat di tempat lain.
WHO telah menyaksikan virus yang menyebar dari kota-kota besar ke pedalaman di Afrika Selatan, Nigeria, Pantai Gading, Kamerun dan Ghana.
Ada sekitar 15 negara Afrika di mana virus belum menyebar. Jika negara-negara ini mengadopsi langkah-langkah sosial yang kuat, mereka bisa menahan virus agar tidak menyebar.
Ada hampir 19 ribu kasus yang dikonfirmasi di Afrika dan setidaknya 970 kematian dikonfirmasi di seluruh benua, yang memiliki populasi sekitar 1,3 miliar.
Afrika Utara adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya. Aljazair, Mesir dan Maroko semuanya memiliki lebih dari 2.000 kasus dan setidaknya 100 kematian. Aljazair memiliki kematian terbanyak, dengan 348 korban.
Di tempat lain, Afrika Selatan juga memiliki lebih dari 2.000 kasus, dengan 48 kematian. Sementara negara terpadat di benua itu, Nigeria, telah memiliki 442 kasus dan 13 kematian dikonfirmasi dari populasi sekitar 200 juta.