REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengadakan survei untuk mengetahui seberapa besar pemahaman warga di suatu daerah tentang bahayanya corona. Hasilnya, warga di Jawa Barat (Jabar) dianggap yang paling rendah kesadarannya akan bahaya corona.
CEO SMRC Sirajuddin Abbas memaparkan 92 persen warga Indonesia menganggap Covid-19 mengancam nyawa manusia. Namun memang ada perbedaan kekhawatiran antar daerah. Terdapat dua provinsi yang persentase warganya yang menganggap Covid-19 mengancam nyawa sangat tinggi: Sulawesi Selatan (99 persen) dan DKI Jakarta (98 persen).
"Sementara di Jawa Barat hanya 77 persen warga yang menganggap Covid-19 mengancam nyawa," kata Sirajuddin dalam paparannya yang diterima Republika pada Sabtu, (18/4).
Dalam merespons pandemi corona, sejumlah daerah mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Salah satu poinnya menganjurkan agar kegiatan ibadah dilakukan di rumah saja. Dalam survei ini, 21 persen warga ternyata tidak setuju kegiatan keagamaan dilakukan di rumah saja.
"Persentase terbesar warga yang tidak setuju agar kegiatan keagamaan dilakukan di rumah saja berada di Jawa Barat. Hanya 54 persen warga Jawa Barat yang setuju kegiatan keagamaan dilakukan di rumah saja," ujar Sirajuddin.
Lalu, PSBB juga menginstruksikan supaya kegiatan bekerja dilaksanakan dari rumah. Secara umum, 76 persen warga setuju dengan kewajiban bekerja dari rumah saja.
"Namun di Jawa Barat, hanya 54 persen warga yang mendukung kebijakan tersebut," ucap Sirajuddin.
Atas temuan itu, SMRC menilai, secara umum warga di Jabar terlihat memiliki kesadaran yang paling rendah akan bahaya penyakit corona dibanding wilayah lain. Selain itu, warga Jabar juga paling rendah dukungannya terhadap aturan-aturan dalam PSBB.
"Maka edukasi yang lebih intensif tentang bahaya Covid-19 dan penerapan PSBB perlu dilakukan terhadap warga di Jabar," imbau Sirajuddin.
Diketahui, temuan tersebut merupakan hasil survei nasional SMRC tentang Wabah Covid-19 yang dirilis secara online pada 17 April 2020. Survei dilakukan pada 9-12 April 2020 terhadap 1. 200 responden yang diwawancarai melalui telepon yang dipilih secara acak, dengan margin of error 2,9 perse.