Senin 20 Apr 2020 14:47 WIB

Tolak 'Di Rumah Saja', 2.500 Orang di AS Turun ke Jalan

Ribuan orang memprotes perintah tinggal di rumah yang diberlakukan gubernur

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas pemadam kebakaran Kota New York berhenti di Rumah Sakit Mount Sinai Morningside untuk memberikan penghormatan kepada petugas kesehatan di New York, Amerika Serikat, Ahad (5/4). Sekitar 2.500 orang berunjuk rasa di ibu kota Negara Bagian Washington pada Ahad (19/4) memprotes perintah tinggal di rumah. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/Peter Foley
Petugas pemadam kebakaran Kota New York berhenti di Rumah Sakit Mount Sinai Morningside untuk memberikan penghormatan kepada petugas kesehatan di New York, Amerika Serikat, Ahad (5/4). Sekitar 2.500 orang berunjuk rasa di ibu kota Negara Bagian Washington pada Ahad (19/4) memprotes perintah tinggal di rumah. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, OLYMPIA - Sekitar 2.500 orang berunjuk rasa di ibu kota Negara Bagian Washington pada Ahad (19/4). Mereka memprotes perintah tinggal di rumah yang diberlakukan Gubernur Demokrat Jay Inslee guna membatasi penyebaran virus corona.

Para demonstran menentang larangan pertemuan 50 orang atau lebih. Meskipun ada permintaan dari penyelenggara unjuk rasa tersebut agar para peserta mengenakan penutup wajah atau masker, banyak yang tidak menggunakan.

Baca Juga

Polisi memperkirakan kerumunan itu berjumlah sekitar 2.500 orang. Aksi ini menjadikannya salah satu protes terbesar selama sepekan terakhir di negara-negara bagian Amerika Serikat terhadap pembatasan.

Di Olympia, ratusan orang berkumpul di tangga dekat gedung kapitol dan di sekitar air mancur. Mereka melanggar pedoman kesehatan negara bagian dan federal selama pandemi virus corona.

Penyelenggara aksi, Tyler Miller yang merupakan insinyur berusia 39 tahun dari Bremerton, Washington, serta seorang petugas kepolisian dari Partai Republik mengatakan kepada Reuters bahwa menutup kegiatan ekonomi dengan memilah-milah kategori penting dan tidak penting adalah pelanggaran konstitusi negara bagian dan federal. Para pengunjuk rasa mengendarai kendaraan ke ibu kota negara bagian, membunyikan klakson, dan memblokir jalan.

"Tidak ada keraguan bahwa membela kebebasan artinya adalah mempertaruhkan semua bahaya," kata Miller, mengutip kutipan John Adams. "Revolusi Amerika terjadi pada puncak epidemi cacar. Para pendiri kita sangat menyadari risiko semacam ini,"ungkapnya.

Kerumunan itu bertahan di kompleks kapitol setelah jadwal aksi unjuk rasa selesai. Tetapi polisi Negara Bagian Washington tidak mengeluarkan surat pelanggaran, kata juru bicara Chris Loftis.

Trump pada Jumat mencuit dukungan bagi aksi protes serupa di Michigan, Minnesota, dan Virginia untuk "membebaskan" mereka dari aturan pembatasan sosial.

Walaupun tidak menggambarkan demonstrasi sebagai upaya untuk membebaskan Washington. Miller mengatakanitu memberinya kenyamanan bahwa Trump mendukungnya.

Sebelumnya pada Ahad, Inslee mengatakan anggota parlemen Republik negara bagian mendukung penentangan terhadap aturan jarak sosial yang telah menutup sebagian besar kegiatan ekonomi. "Komentar dalam berita oleh beberapa legislator Republik menyerukan 'pemberontakan terbuka,' mengklaim plot 'negara dalam', dan pernyataan radikal lainnya yang tidak bertanggung jawab dan dapat menyebabkan lebih banyak orang jatuh sakit," kata Inslee, seorang tokoh Demokrat, dalam sebuah pernyataan.

"Saya mendukung kebebasan berbicara. Tetapi kerumunan orang atau pidato tidak akan menentukan jalan kita. Ini bukan tentang politik. Itu hanya mengenai melakukan apa yang terbaik untuk kesehatan semua warga Washington," ujarnya.

Negara bagian Washington memiliki kasus virus corona terkonfirmasi pertama di negara itu pada akhir Januari. Klaster maut pertama terdapat di panti jompo di luar Seattle.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement