Senin 27 Apr 2020 06:25 WIB

Jangan Anggap Enteng Corona, 40 Petugas Medis Meninggal

Sebanyak 24 dokter dan 16 perawat di Indonesia meninggal akibat Covid-19.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Tanda pengenal yang terbuat dari kardus sebagai pengganti nisan berada di pusara warga yang meninggal akibat Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat.
Foto: ANTARA/ muhammad adimaja
Tanda pengenal yang terbuat dari kardus sebagai pengganti nisan berada di pusara warga yang meninggal akibat Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data terbaru pada Ahad (26/4) pukul 16.00 WIB menunjukkan jumlah masyarakat di Tanah Air yang positif terinfeksi Covid-19 mencapai 8.882 orang, tersebar di 34 provinsi dan 282 kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, 1.107 orang dinyatakan sembuh dan 743 orang meninggal. Menurut laman resmi Covid-19, virus terebut telah menyebar ke 213 negara di dunia dan wilayah/teritorial.

Hampir semua negara setiap hari melaporkan perkembangan kejadian Covid-19, baik mengenai jumlah yang positif, sembuh, maupun meninggal. Di antara mereka yang meninggal tersebut--kondisi ini menjadi keprihatinan bersama--adalah tenaga kesehatan, baik dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan terkait lainnya, yang selama ini banyak diposisikan sebagai garda terdepan dalam 'perang' menghadapi virus mematikan itu.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengonfirmasi, tidak kurang dari 24 dokter meninggal akibat virus corona. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) Harif Fadillah mengonfirmasi sekurangnya 16 perawat meninggal dunia terkait virus itu.

Dari data itu, tidak kurang dari 40 tenaga kesehatan telah gugur dalam tugas berat menangani Covid-19. Karena itulah pada Senin (20/4) dalam rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka Jakarta, Presiden Joko Widodo memerintahkan diterapkannya perlindungan optimal bagi dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya dalam menangani pandemi Covid-19.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo saat menyampaikan arahan dari Presiden Jokowi selepas rapat terbatas itu meminta jajarannya menerapkan upaya agar tidak ada lagi tenaga medis yang wafat karena menangani pasien terinfeksi virus corona. Penekanan dari Presiden Jokowi untuk memberikan perlindungan optimal kepada dokter dan tenaga medis lain sebagai garda dilakukan dengan cara memastikan ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang bertugas menangani pasien terkait Covid-19. Pasalnya, pemerintah tidak ingin ada lagi dokter yang wafat karena perlindungan belum maksimal.

Ahli penyakit saraf Indonesia dr Andreas Harry SpS (K) yang ikut menggalang bantuan untuk kebutuhan logistik dan asupan nutrisi tenaga kesehatan menyebut, jika pemerintah dan semua unsur anak bangsa berkomitmen mengatasi pandemi Covid-19 saat ini, pada saat bersamaan dibutuhkan dukungan untuk mengimbanginya.

Wujudnya, semua elemen masyarakat mutlak harus patuh pada protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah. Semuanya sudah sangat jelas, seperti melakukan physical distancing (jaga jarak), tetap berada di rumah bila tidak memiliki keperluan yang benar-benar sangat mendesak, dan lainnya yang terkait.

"Ini masalah kesehatan yang sangat serius! Jangan celakakan diri sendiri, keluarga, dan orang lain," kata neurolog anggota International Advance Research Asosiasi Alzheimer Internasional (AAICAD) lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) itu.

Karena itu, harus diputuskan rantai penularannya dengan semua kebijakan dan protokol kesehatan yang sudah disampaikan pemerintah maupun otoritas terkait. Ia mengulang adagium yang sudah dikenal masyarakat bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobati pasien. Dalam kasus Covid-19 ini, hal itu menjadi suatu keniscayaan yang harus benar-benar diseriusi dan tidak dipandang enteng.

Dalam suatu pernyatannya, Prof Zhong Nan Shan, dokter di Wuhan yang menjadi kepala tim dokter Covid-19 di Chin--yang menanggulangi wabah SARS 2003 juga, mengingatkan publik untuk tidak menganggap enteng Covid-19. Saran yang disampaikannya, jika seseorang ingin bepergian, berpikirlah secara jernih dan sayangi keluarga. "Jangan punya rasa percaya diri berlebihan atau hendak beradu nasib mujur. Tak seorang pun bisa luput dari serangan Covid-19. Jangan coba-coba menantang Covid-19 karena Anda akan menyesal seumur hidup," kata Zhong Nan San.

Ada dua contoh yang bisa dirujuk. Pertama, kasus 46 tenaga kesehatan di RSUP dr Kariadi Kota Semarang, Jawa Tengah yang positif terinfeksi Covid-19, yang diduga terpapar akibat ada pasien tidak jujur atas kondisi kesehatannya. Kemudian, kondisi yang sama menimpa 51 tenaga kesehatan dan tenaga penunjang di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, yang statusnya reaktif dan belum tentu positif Covid-19 meski akhirnya dinyatakan negatif setelah tes swab dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement