REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India telah membatalkan pesanan sekitar setengah juta kit pengujian cepat Covid-19 dari China setelah alat tersebut ditemukan cacat. Delhi juga telah menarik kit yang sudah digunakan di beberapa negara bagian. Kit ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk memberikan hasil dan diharapkan untuk mendeteksi antibodi dalam darah orang yang mungkin memiliki infeksi.
Alat ini membantu petugas dengan cepat memahami skala infeksi di area tertentu. China membantah klaim India.
"Kualitas produk medis yang diekspor dari China diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk China sebagai 'cacat' dan melihat masalah dengan prasangka pre-emptive," kata juru bicara kedutaan besar China, Ji Rong, pada Selasa (28/4) dilansir BBC.
Kit pengujian cepat tidak dapat menguji virus corona itu sendiri dan beberapa ilmuwan telah mengajukan keprihatinan atas penggunaannya untuk diagnosis. Berbagai negara bagian India telah mendorong Dewan Penelitian Medis India (ICMR) untuk mengizinkan pengujian dengan kit di tengah kekhawatiran bahwa India tidak menguji dengan cukup.
ICMR awalnya enggan, tetapi membuka jalan dengan mengimpor kit dari dua perusahaan China. Segera setelah itu, negara-negara bagian mulai mengeluh bahwa kit memiliki tingkat akurasi hanya lima persen. Mereka menambahkan bahwa mereka telah menggunakan kit pada pasien yang sudah mereka ketahui positif, tetapi tes menunjukkan hasil negatif untuk antibodi.
Kit tes kemudian juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh ICMR. Pada Senin (27/4), masalah ini semakin rumit setelah pengadilan tinggi Delhi membatasi harga tes dan menyarankan bahwa pemerintah telah membayar lebih.
Namun, para pejabat mengatakan kepada media lokal bahwa pemerintah tidak akan kehilangan dana dari membatalkan pesanan kit. Ini karena mereka belum membayar jumlah di muka dan telah membatalkan seluruh pengiriman.