Sabtu 02 May 2020 16:00 WIB

Panglima TNI Analogikan Penanganan Covid-19 dengan Perang

'Kita baru tersadar sektor industri kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto
Foto: Dispenau
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, menganalogikan penanganan Covid-19 sebagai sebuah peperangan dengan virus tersebut sebagai musuhnya. Saat semua komponen bersatu, semua pihak tersadar banyak sektor yang belum dapat menopang kebutuhan dalam negeri untuk kemudian bangkit sebagai bangsa yang mandiri.

"Seluruh komponen harus bersatu. Saat itulah kita baru tersadar ternyata sektor industri kita belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujar Hadi dalam sambutannya pada wisuda dalam jaringan (daring) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu (2/5).

Baca Juga

Hal serupa juga dirasakan di sektor bahan pangan. Menurutnya, saat ini Indonesia mengalami kesulitan mengimpor bahan pangan karena negara-negara eksportis tengah berupaya mengamankan kebutuhan dalam negeri mereka. 

Kemudian, Indonesia yang bangga dengan nenek moyang sebagai bangsa bahari, tapi justru meninggalkan laut. "Negara kepulauan dengan laut yang luas, tetapi industri perikanan tangkap kita tertinggal dari Jepang dan Cina," terang dia.

Untuk melawan Covid-19, diperlukan alat tes cepat, PCR, dan reagennya. Namun, lagi-lagi itu semua belum dapat diproduksi dalam negeri. Begitu juga dengan masker, di mana Indonesia mengeskpor masker medis ke banyak negara, tapi bahan bakunya masih didapatkan dari hasil impor.

"Kondisi tersebut kemudian menggugah dunia pendidikan, dunia penelitian, dan industri dalam negeri. Lembaga pendidikan tinggi, lembaga riset dan industri berupaya memproduksi alat kesehatan yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19," tuturnya.

Selain lembaga pendidikan tinggi, lembaga riset, dan industri, masyarakat luas juga membuat masker kain untuk keperluan pemakaian sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat mendonasikan produknya ke sesama masyarakat. 

"Semangat adaptasi kita tergugah, semangat persatuan dan kesatuan kita tersentuh," kata Hadi.

Akan tetapi, kata dia, hal yang lebih strategis sebenarnya adalah kesadaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Ia menjelaskan, Presiden Joko Widodo telah mengatakan, inilah saatnya Indonesia berbenah merapikan segala sesuatunya sehingga Indonesia dapat maju dan mandiri.

"Momentum yang telah kita dapat dengan mengerahkan dunia pendidikan bekerja sama dengan industri harus bergerak maju. Kesadaran bahwa pertanian dan peternakan rakyat harus dibangun tidak boleh hilang. Demikian pula kebutuhan industri farmasi dalam negeri, untuk menghasilkan obat-obatan yang dibutuhkan ratusan juta rakyat," terang dia.

Dengan potensi penduduk dan wilayahnya, Hadi yakin Indonesia memiliki potensi yang dahsyat untuk menjadi negara maju. Hal itu pula yang ia nilai akan menjadikan Indonesia dianggap sebagai satu dari hanya tiga negara yang akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif pada 2020 di tengah pandemi.

"Pekerjaan rumah kita sangat panjang. Kita dapat belajar dari sejarah. Tidak ada negara maju yang mencapai kemajuannya secara instan. Semua itu buah dari upaya dan kerja keras dengan pondasi SDM yang unggul," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement