Senin 04 May 2020 02:56 WIB

Suka Duka Tim Medis Covid-19: Dicaci Hingga Disebut Gila oleh Pasien

Para ODP ini juga masih sering bilang bahwa dirinya sehat ke tim medis Covid-19.

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
.
.

jatimnow.com - Perjuangan petugas medis di garda terdepan penanganan Covid-19 patut diapresiasi. Bagian kecil dari mereka adalah petugas yang melakukan penyelidikan epidemiologi atau tracing terhadap Orang Dalam Pemantauan (ODP) Covid-19.

Dalam melaksanakan tugasnya, petugas dari puskesmas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya ini menghadapi berbagai macam pengalaman, mulai dimarahi-marahi hingga dicaci maki oleh para orang tanpa gejala (OTG) dan ODP.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan banyak cerita dari tim surveilans atau petugas tracing di lapangan, mulai ditolak, dimarah-marahi, diusir hingga dicaci maki.

Para ODP ini juga masih sering bilang bahwa dirinya sehat, padahal badannya sudah terkena virus, dan ketika didatangi ke rumahnya marah-marah.

"Banyak ceritanya begitu-begitu. Makanya petugas medis itu harus sabar, karena si ODP ini banyak yang belum menyadari bahwa mereka itu sakit," kata Feny sapaan Febria Rachmanita, Minggu (3/5/2020).

Ia berharap kepada masyarakat untuk bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan menumbuhkan kesadaran, jika memang dikatakan sakit oleh petugas medis, maka harus segera isolasi diri dan menjalankan protokol yang telah ditentukan.

Ia juga meminta stigma yang jelek tentang petugas medis harus dihindari. Sebaliknya, ia meminta masyarakat memberi dukungan penuh terhadap tim medis tersebut.

"Wabah ini harus dihadapi bersama-sama, kami tidak bisa sendirian, ayo kita dukung tim medis," ujarnya.

Ada pun salah satu petugas surveilans yang pernah dimarah-marahi hingga dicaci maki oleh ODP adalah Ach. Fiqqy Fierly.

Penanggungjawab surveilans dari Puskesmas Krembangan Selatan ini mengatakan bahwa dimarah-marah dan dicaci maki itu sudah sangat sering diterimanya selama wabah Covid-19 ini.

"Di puskesmas itu kan ada beberapa tim yang diterjunkan. Tim itu punya grup WhatsApp, dan ceritanya di grup itu hampir sama semua, ya ada yang dimarah-marah lah dan ada yang dicaci maki," kata Fiqqi memulai ceritanya.

Di awal-awal melakukan tracing itu, berkali-kali dia dikatakan sebagai orang gila, tidak ada kerjaan, dan berbagai cacian yang sangat kurang enak di hati.

Namun, karena itu tugas pekerjaan dan demi menolong warga Kota Surabaya, dia tetap melakukannya meski penuh dengan perjuangan.

"Yang paling sulit itu ketika ada OTG dan tidak sadar bahwa dirinya sakit, sehingga dia menolak untuk diisolasi dan diobati. Mereka selalu bilang saya ini sehat, kenapa harus diobati. Nah, yang seperti ini yang sangat butuh perjuangan. Luar biasa pokoknya," katanya.

Fiqqi juga menjelaskan bahwa Covid-19 dan orang yang terkena virus itu termasuk para tim medisnya, seakan dianggap aib di tengah-tengah masyarakat.

Karenanya, ia sangat berharap kepada warga untuk sadar bahwa virus ini bukan aib seperti layaknya HIV-AIDS.

"Ini wabah yang harus kita hadapi bersama, makanya saya selalu miris ketika melihat masih banyak yang tidak pakai masker dan tidak jaga jarak. Padahal, kami ini berjuang mati-matian untuk menolong pasien Covid-19 ini. Bahkan, kami sampai tidak memikirkan diri sendiri dan keluarga demi membantu saudara-saudara kita yang terkena Covid-19 ini. Jadi, ayo kita hadapi ini bersama-sama," pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement