REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hong Kong berada dalam kondisi resesi mendalam, kehilangan hampir sembilan persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka pada kuartal pertama tahun ini, menurut Sekretaris Keuangan Paul Chan Mo-po. Dalam menghadapi masa-masa sulit ini, ia mendesak kerja sama dan persatuan.
"Situasi ekonomi sangat menantang. Kami di kondisi resesi yang dalam," ujar Paul dalam South China Morning Post yang kemudian dikutip di Anadolu Agency, Senin (4/5).
Tapi, Paul mengatakan, Hong Kong dapat keluar dari resesi secara bertahap menjelang akhir tahun ini apabila situasi pandemi sudah membaik.
Kondisi tersebut menandai kontraksi terburuk dalam PDB Hong Kong sejauh ini. Terakhir kali, pada 1998, PDB Hong Kong turun 8,3 persen setelah krisis keuangan Asia 1997.
Resesi di wilayah administrasi khusus China ini menyusul kondisi protes antipemerintah yang sudah berjalan selama berbulan-bulan. Hal ini dipicu oleh RUU ekstradisi yang diusulkan sejak Maret tahun lalu.
Apabila dibandingkan secara kuartalan, PDB Januari-Maret menyusut 5,3 persen dibandingkan kuartal keempat 2019. Ini menjadi paling curam sejak admnistrasi Hong Kong dimulai pada 1974, menurut seorang juru bicara Hong Kong. "Dengan penyakit ini berkembang menjadi pandemi, dampak ekonomi bahkan menjadi lebih parah," tambahnya.
Masa-masa protes belum berakhir ketika pandemi yang pertama kali muncul di Wuhan, China, mulai muncul. Pemerintah harus memulai langkah-langkah lockdown dan pembatasan sosial untuk membendung penyebaran infeksi yang berdampak tekanan pada ekonomi.
Data Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong menunjukkan, kontraksi PDB tahun-ke-tahun tidak baru terjadi. Situasi ini sudah berlabgsung selama tiga kuartal berturut-turut, yakni sejak Juli 2019.
Kepala Keuangan Hong Kong memproyeksi, situasi akan membaik apabila memang ada kerjasama erat antara berbagai pemangku kepentingan. "Jika kita bekerja dan bersatu bersama, tidak hanya untuk memerangi virus, juga untuk merangsang konsumsi dan pembangunan ekonomi, situasi ekonomi akan agak stabil pada kuartal kedua," katanya.
Erosi keuangan terburuk terjadi setelah Hong Kong kehilangan posisi teratas di antara ekonomi bebas pada awal tahun. Berdasarkan Indeks Kebebasan Ekonomi 2020 yang dibuat Heritage Foundation Washington, Hong Kong turun ke posisi ekonomi bebas kedua setelah berbulan-bulan menghadapi situasi protes anti-pemerintah yang berlangusng hingga merebaknya Covid-19 dengan skor 89,1.
"Skor keseluruhannya turun 1,1 poin, terutama karena penurunan skor kebebasan investasi," kata laporan tersebut.
Sampai Senin, Hong Kong melaporkan kasus Covid-19 baru yang datang dari AS. Padahal, selama 14 hari terakhir hingga Senin, tidak ada kasus virus lokal yang dilaporkan di wilayah tersebut. Sejauh ini, Hong Kong sudah mencatat 1.040 kasus Covid-19 dengan empat kematian akibat infeksi, sementara 900 di antaranya telah pulih dari penyakit.