REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen masih patut disyukuri meski lebih rendah daripada prediksi sebelumnya sebesar 4,4 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan tersebut masih menjadi salah satu yang terbaik karena mayoritas negara mengalami kontraksi.
"Memang kita maunya tumbuh 4,4 persen dengan upaya dari pemerintah melalui stimulus moneter dan fiskal, tapi ketika tumbuhnya 2,97 persen ini menurut saya patut kita syukuri," katanya dalam pengarahan (briefing) BI, Rabu (6/5).
Sebagai perbandingan, China pada kuartal I 2020 tumbuh terkontraksi -6,8 persen dari 6 persen pada kuartal IV 2019. Amerika Serikat tumbuh 0,3 persen pada kuartal I 2020 dari 2,3 persen pada kuartal IV 2019.
Zona Eropa juga tumbuh negatif 3,3 persen dari 1 persen kuartal sebelumnya. Di Asia, Singapura tumbuh negatif 2,2 persen dari 1 persen pada kuartal sebelumnya.
"Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi dunia, Indonesia salah satu yang tertinggi meski tetap ada yang lebih tinggi, seperti Vietnam dengan 3,82 persen," katanya.
Perry menyampaikan, nilai realisasi yang meleset karena perkiraan dampak Covid-19 yang terasa mulai April. Namun, ternyata dampak penanganan Covid-19 seperti pembatasan sosial sudah terasa sejak Maret.
Penanganan wabah tersebut memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi seperti konsumsi, produksi, investasi, ekspor impor. Konsumsi masyarakat yang semula diprediksi bisa di atas 4,9 persen merosot tidak setinggi yang diperkirakan, yakni hanya sebesar 2,8 persen.
Demikian juga dengan investasi yang semula diperkirakan tumbuh 2,4 persen menjadi 1,7 persen. Perry menambahkan, dari kegiatan ini, ekspor ternyata lebih tinggi daripada yang dibayangkan. Dari prediksi semula minus 1,6 persen, jumlahnya menjadi tumbuh 0,24 persen.
Stimulus fiskal pemerintah juga telah membawa dampak positif. Stimulus seperti bantuan sosial berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Semula, proyeksi konsumsi pemerintah sebesar 2,3 persen, sementara realisasinya 3,74 persen.
Kelak, BI memproyeksi pola pertumbuhan pada kuartal II, III, dan IV masing-masing 0,4 persen, 1,2 persen, dan 3,1 persen dengan asumsi puncak PSBB pada April hingga pertengahan Juni. Pada 2021, perkiraan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi karena faktor base effect, jadi 6,6-7,1 persen jika defisit fiskal 3-4 persen.