REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat pada kuartal I 2020 hanya tumbuh 3,04 persen year on year (yoy). Pertumbuhan ini melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,55 persen.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I selalu mencapai 5 persen. Namun, tahun ini menjadi pengecualian.
"Pertumbuhan ekonomi secara yoy ini yang terkecil selama periode 2015-2020 pada periode yang sama," ujar Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Dadang Hardiwan, Selasa (5/5).
Dadang menyampaikan, pelambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya bergesernya masa panen dari Maret ke April. Mundurnya jadwal panen raya itu menjadi pemicu selain serangan hama untuk produk pertanian.
Sektor lain, yang juga memengaruhi, kata Dadang, adalah industri pengolahan. Tersendatnya bahan baku terutama dari China ke Jawa Timur membuat industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2020.
"Lalu yang juga mempengaruhi adanya imbauan stay at home," ujar Dadang.
Saran pemerintah agar masyarakat tetap di rumah selama pandemi Covid-19, diakui Dadang, menimbulkan kontraksi pada sektor transportasi. Berkurangnya penumpang pada seluruh moda transportasi tidak bisa dipungkiri ikut andil dalam pelambatan pertumbuhan ekonomi.