Senin 11 May 2020 18:54 WIB

Siswa Sekolah Malaysia Bantu Jahit APD

Nur Afia Qistina, siswa sekolah berusia sembilan tahun di Malaysia, bantu jahit APD.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nora Azizah
Siswa sekolah berusia sembilan tahun di Malaysia bantu menjahit APD (Foto: ilustrasi APD)
Foto: ANTARA/m agung rajasa
Siswa sekolah berusia sembilan tahun di Malaysia bantu menjahit APD (Foto: ilustrasi APD)

REPUBLIKA.CO.ID, SEREMBAN -- Bagi siswa sekolah berusia sembilan tahun di Malaysia, penyebaran virus korona ini cukup sulit dipahami. Hanya saja, Nur Afia Qistina Zamzuri tahu satu hal, itu berbahaya.

Ketika Nur mendengar bahwa rumah sakit setempat sedang mencari orang untuk menjahit alat pelindung, dia langsung menawarkan diri. "Saya merasa tidak enak, jadi saya memberi tahu ibu saya bahwa saya ingin membantu," kata warga Kuala Pilah, sebuah kota di negara bagian Negeri Sembilan, Malaysia barat daya.

Baca Juga

Nur yang belajar menjahit pada usia lima tahun dapat membuat empat jubah alat pelindung diri penuh (APD)  per hari. Dia mengoperasikan sendiri mesin jahit dan membagi waktu antara bermain dan menghadiri kelas daring ketika sekolah ditutup di tengah lockdown di seluruh negeri.

Malaysia yang hingga pertengahan April memiliki jumlah kasus virus korona terbanyak di Asia Tenggara, telah melaporkan lebih dari 6.600 infeksi, termasuk lebih dari 100 kematian. Negara itu memberlakukan pembatasan pergerakan untuk membendung wabah virus pada 18 Maret, meskipun beberapa pembatasan telah reda awal bulan ini.

Sejak awal Maret, Nur  telah membuat 130 baju pelindung untuk dua rumah sakit terdekat. Sebanyak 60 buah lagi sedang dalam perjalanan, meskipun bulan ini menjadi lebih menantang karena Nur harus mengelola energinya dengan baik saat menjalankan ibadah pausa di bulan Ramadhan. Meski berpuasa, tentua saja itu tidak menghentikan Nur. Untuk mengatur waktu, dia sering mulai menjahit setelah sahur menjelang waktu subuh.

Nur tertarik untuk menjahit setelah menyaksikan ibunya Hasnah Hud yang merupakan penjahit, membuat pakaian di bisnis rumahnya. Seiring meningkatnya keterampilan Nur, dia mulai mendapatkan uang sendiri dengan menjahit sarung bantal dan menambal pakaian yang robek untuk tetangga dan kerabat keluarga.

Hasnah mengatakan putrinya menjadi lebih termotivasi setelah melihat foto-foto petugas medis mengenakan jubah yang dibuatnya. "Dia berkata, 'Bu, saya pikir saya tidak punya pekerjaan sekolah jadi saya ingin menjahit lebih banyak'," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement