REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memasang GPS Collar pada anggota kawanan gajah sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Hal ini dilakukan untuk memantau pergerakan gajah liar dalam rangka mitigasi konflik satwa liar dengan manusia.
"Pemasangan GPS collar dilakukan sebagai upaya monitoring pergerakan kelompok gajah dalam rangka mitigasi konflik atau early warning system (sistem peringatan dini)," kata Pelaksana Tugas Kepala Balai TNBBS Ismanto, Selasa (12/5).
Selain itu, pengelola TNBBS berupaya menggiring kelompok gajah yang keluar dari TNBBS kembali ke kawasan taman nasional yang berada di ujung wilayah barat daya Sumatera tersebut.
Dalam upaya penggiringan kawanan gajah pada 27 April hingga 9 Mei 2020, menurut Ismanto, Ketua Forum Mahout Nazaruddin bersama petugas TNBBS serta aparat instansi/lembaga terkait dan anggota komunitas berhasil menggiring kawanan yang terdiri atas 12 gajah kembali kekawasan taman nasional.
"Kondisi cuaca hujan lebat sempat membuat kelompok gajah tersebut kembali ke luar kawasan TNBBS," tutur Ismanto.
Dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor termasuk cuaca dan topografi, GPS Collar kemudian dipasang pada satu anggota kawanan gajah tersebut. Tim yang bertugas bergerak menuju tempat kawanan gajah berada di Talang Selawe berbekal perlengkapan seperti GPS Collar, petasan, GPS, kamera, senjata bius, dan obat-obatan.
Setelah menentukan gajah yang akan dipasangi GPS Collar, Nazaruddin menembakkan bius lalu memasangkan kalung pelacak pada gajah betina berusia sekitar 25 sampai 30 tahun dengan berat badan 2,5 ton dan tinggi 2,19 cm dalam kawanan gajah tersebut. Selanjutnya, akan ada tim yang memantau pergerakan gajah tersebut dari waktu ke waktu.
"Meski pekerjaan ini dilakukan pada bulan Ramadhan, di tengah wabah pandemi, dengan kondisi topografi TNBBS, dapat dilaksanakan sesuai rencana," kata Ismanto.