Rabu 13 May 2020 08:38 WIB

Imbas Corona, Investasi Properti Anjlok 26 persen

China, Hong Kong, dan Singapura adalah pasar yang paling terpengaruh di Asia Pasifik

Rep: Novita Intan/ Red: Hiru Muhammad
Pengembang properti Cina telah aktif di Australia untuk memenuhi permintaan dari negara tersebut.
Foto: ABC
Pengembang properti Cina telah aktif di Australia untuk memenuhi permintaan dari negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Investasi real estate komersial di Asia Pasifik turun sebesar 26 persen pada kuartal satu 2020. Hal ini sebabkan wabah Covid-19, sehingga berdampak pada aliran modal ke berbagai industri dan kelas aset. 

Menurut data terbaru JLL Global Capital Flows, volume transaksi real estate Asia Pasifik turun menjadi 34 miliar dolar AS pada kuartal  satu 2020. CEO Capital Markets Asia Pasifik JLL Stuart Crow mengatakan China, Hong Kong, dan Singapura adalah pasar yang paling terpengaruh di Asia Pasifik, dengan aktivitas investasi menurun setidaknya 60 persen dibanding tahun lalu. 

“Dampak paling kecil dirasakan oleh Korea Selatan dan Jepang, kegiatan investasi tidak banyak berubah atau sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (13/5).

Menurutnya penurunan volume transaksi Asia Pasifik pada kuartal satu 2020 sudah diperkirakan sebelumnya. Hal ini tercermin banyak investor yang telah menghentikan aktivitas karena kondisi ekonomi yang tidak menentu dan banyak kesepakatan bisnis yang terpengaruh.

“Kami melihat penurunan aktivitas ini berlanjut ke Q2, dengan volume perdagangan yang cenderung bangkit kembali dan menguat paruh kedua tahun ini. Ada banyak investor bermodal besar menunggu peluang, dan kami pikir dislokasi di pasar akan menciptakan banyak kesepakatan pada sebagian besar sektor,” katanya.

Menurutnya semua sektor real estate komersial dipengaruhi  Covid-19 pada kuartal satu 2020, dengan tingkat aliran investasi yang bervariasi dibanding tahun lalu. Stuart Crow menjelaskan volume investasi ritel mencatat kontraksi paling signifikan atau turun 39 persen (yoy) karena penerapan lockdown dan penjagaan jarak aman di beberapa wilayah.

Adapun kebutuhan untuk aset perkantoran tetap tinggi bagi investor luar negeri dan domestik, namun volume turun 36 persen (yoy), sekalipun dengan penjualan aset kantor berskala besar di China, Jepang, dan Korea Selatan. Kegiatan transaksi hotel berkurang sebesar 22 persen (yoy), sebagian diantaranya terbantu oleh penawaran tertentu yang diselesaikan pada awal kuartal di Jepang dan Korea Selatan.

“Sektor industri dan logistik investasi adalah kelas aset paling tangguh di Asia Pasifik pada kuartal pertama dengan pertumbuhan aktivitas mencapai sembilan persen (yoy),” ucapnya.

Executive Director, Capital Markets Research, Asia Pasifik, JLL Regina Lim menambahkan pihaknya yakin investor akan tetap tenang dan optimis, tetapi juga berkomitmen untuk memainkan peran yang lebih besar di pasar real estate Asia Pasifik dalam jangka panjang.  

“Karena aktivitas bisnis di China secara bertahap kembali normal pada bulan Maret dan beberapa ekonomi di wilayah tersebut telah berhasil menghindari penutupan wilayah secara keseluruhan, kami percaya penurunan material tidak mungkin lebih rendah dari kuartal ini,” ucapnya.

Dirinya merincikan pasar properti Australia volume transaksi menurun 28 persen (yoy). Pasar CBD Sydney dan Melbourne bertahan pada trimester pertama. “Pasar investasi retail merosot tajam 78 persen per trimester ketika penjualan properti besar ditunda atau dibatalkan karena kurangnya antusiasme terhadap properti pusat perbelanjaan,” ucapnya.

Sedangkan pasar properti China, kegiatan investasi pada trimester pertama di daratan Tiongkok sangat terpengaruh, penurunan tercatat sebesar 62 persen (yoy). Selama trimester pertama, penanam modal banyak yang menunda investasi dan penjual banyak yang menangguhkan rencana penjualan. Namun, perusahaan domestik sudah mendominasi sebagian besar transaksi aset perkantoran, terutama di Shanghai, untuk kepentingan para pemilik. Di Hong Kong, total volume transaksi pada trimester pertama menurun 74 persen (yoy), dengan wabah Covid-19 yang memperparah masalah yang diakibatkan oleh keresahan sosial. Dalam situasi seperti ini, ada transaksi-transaksi terbatas secara serentak dan jarak pemisah antara pembeli dan penjual tetap sangat lebar.

Di Jepang, kegiatan investasi tetap tangguh, tetap datar dibanding tahun lalu karena kesepakatan besar yang berasal dari luar negara membantu meredam dampak Covid-19. Kegiatan investasi kantor dan ritel menurun pada kuarta satu 2020, sementara volume transaksi sektor logistik, hotel, dan perumahan naik dibanding tahun lalu selama kuartal tersebut.

Di Singapura kota ini memprediksi volume investasi anjlok 68 persen (yoy) ketika wabah membebani pasar. Ditambah dengan tidak adanya aset unggulan yang tersedia untuk dijual dan risiko resesi yang meningkat, investor menjadi lebih berhati-hati menghabiskan lebih banyak waktu untuk manajemen aset dan menunda penyebaran modal untuk saat ini.

Di Korea Selatan volume transaksi pada kuartal I naik, atau tumbuh 33 persen (yoy). Aliran modal yang sehat ke sektor perkantoran membantu pasar tetap tangguh selama ketidakpastian Covid-19, namun mengingat banyak kesepakatan yang ditransaksikan merupakan kelanjutan dari tahun lalu, volume kuartal tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan dampak yang sesungguhnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement