Kamis 14 May 2020 03:39 WIB

Pemprov Jabar Hati Hati Terapkan Kebijakan Relaksasi PSBB

Pemprov sedang mengkaji pendapat para ahli dari berbagai aspek

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Petugas gabungan mengatur arus lalu lintas di pos pemeriksaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di perbatasan Kota Bandung dan Kota Cimahi, Jalan Rajawali, Kota Bandung, Rabu (6/5). Pemeritah Provinsi Jawa Barat resmi memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di 27 Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat mulai tanggal 6 Mei hingga 19 Mei 2020
Foto: Republika/Abdan Syakura
Petugas gabungan mengatur arus lalu lintas di pos pemeriksaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di perbatasan Kota Bandung dan Kota Cimahi, Jalan Rajawali, Kota Bandung, Rabu (6/5). Pemeritah Provinsi Jawa Barat resmi memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di 27 Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat mulai tanggal 6 Mei hingga 19 Mei 2020

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemprov Jabar, penuh pertimbangan dalam menerapkan relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).  Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jabar Berli Hamdani, kebijakan relaksasi pembatasan sosial harus diterapkan secara hati-hati dan penuh perhitungan. Pemprov Jabar terus mengkaji semua aspek, mulai dari kesehatan, ekonomi, sampai sosial.

"Pemprov Jabar sedang mengerahkan dan menampung pendapat dan kajian para ahli dari berbagai aspek, seperti kesehatan, ekonomi, bahkan sosial. Mudah-mudahan hasilnya segera bisa disampaikan," ujar Berli, Rabu (13/5).

Berli mengatakan, penguatan koordinasi, penerapan aturan PSBB, dan edukasi masyarakat, menjadi upaya-upaya yang diambil Pemda Provinsi Jabar, supaya pada Juni 2020 kasus Covid-19 melandai. Selain itu, koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional maupun Gugus Tugas Kabupaten/Kota pun ditingkatkan.

Beragam upaya tersebut, kata dia, menentukan pengendalian Covid-19 di Jabar. Termasuk pengetesan masif dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab selama PSBB tingkat provinsi berlaku. Tujuannya menemukan peta persebaran Covid-19 yang tepat.

Pemprov Jabar, kata dia, sudah menyebar 105.834 rapid diagnostic test (RDT) yang disebar ke 27 kabupaten/kota, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan di Jabar. Hasil dari RDT tersebut sebanyak 2.924 warga Jabar terindikasi positif Covid-19 atau reaktif. 

Sebagai tindaklanjut hasil tes cepat, kata dia, Pemprov Jabar akan menggelar tes swab bagi warga terindikasi positif COVID-19. Hasilnya, 231 warga Jabar dinyatakan positif COVID-19. 

Menurutnya, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, termasuk psikologis masyarakat. Kemudian yang menjadi pertimbangan pelonggaran PSSB adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Tentu saja, kegiatan ekonomi harus disertai dengan jaga jarak dan disiplin kenakan masker.

"Dua tes masif (baik dengan metode RDT maupun PCR) sudah cukup optimal dijalankan dan sudah melibatkan semua kabupaten/kota se-Jabar. Hanya kami sedang mempercepat analisa hasil dari tes masif yang dilakukan," katanya.

Berli mengatakan, upaya tersebut harus disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan membatasi pergerakan manusia, karena berkontribusi besar menghentikan rantai penularan dan mengendalikan Covid-19. 

Berli berharap, masyarakat bisa bekerja sama dan mendukung penuh pemberlakuan PSBB tingkat provinsi ini. Bentuk partisipasi masyarakat ini dapat berupa upaya-upaya mandiri, baik perorangan maupun kelompok, dalam menegakkan dan menerapkan protokol kesehatan.

Menurut epidemiolog Universitas Padjadjaran Pandji Fortuna Hadisoemarto, pergerakan masyarakat amat krusial dalam menekan kasus Covid-19 di Jabar. Semakin kecil presentase pergerakan masyarakat, semakin cepat pandemi Covid-19 ditanggulangi. Hal tersebut didapat berdasarkan permodelan yang ia buat. "Jadi permodelan saya itu membuat simulasi bagaimana Covid-19 akan menyebar di Jabar dengan skenario," katanya.

Menurut Pandji, yang pertama skenarionya kondisi sekarang. Walaupun PSBB sudah berhasil menurunkan transmisi, tetapi masih ada sisa transmisi yang mana menyebabkan kita masih melihat ada kasus-kasus baru setiap hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement