REPUBLIKA.CO.ID, LAUSSANE -- Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, mengakui, IOC berpotensi mengalami kerugian hingga mencapai 800 juta dolas as, atau sekitar Rp 11 triliun, akibat penundaan gelaran Olimpiade Tokyo 2020. Sebelumnya, pada Maret silam, IOC dan Pemerintah Jepang sepakat untuk menunda gelaran Olimpiade Tokyo selama satu tahun mendatang.
Artinya, penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020, yang dijadwalkan pada Juni mendatang, baru akan digelar pada pertengahan tahun 2021 mendatang. Penundaan ini tidak terlepas dari adanya ancaman kesehatan akibat pandemi Covid-19. Namun, penundaan ini menimbulkan kerugian tersebut, terutama dari segi finansial.
''Kami tengah mengantispasi potensi kerugian sebesar 800 juta dolas as akibat keputusan menunda Olimpiade Tokyo 2020. Kerugian ini akan ditanggung sendiri oleh IOC, termasuk dengan mendapatkan kemungkinan suntikan dana dari Yayasan Olimpiade,'' kata Bach usai Rapat Komite Eksekutif IOC seperti dikutip PA, Jumat (15/5).
Kerugian ini, kata Bach, dapat dibagi dalam dua kelompok besar. Kerugian terbesar, yang mencapai 650 juta dolas as, berada dalam aspek bantuan kepada pihak penyelenggara Olimpiade untuk merancang dan merencanakan kembali gelaran Olimpiade. Sementara, kerugian sebesar 150 juta dolar as merupakan dana bantuan yang disiapkan IOC kepada seluruh elemen Olimpiade yang mengalami kerugian akibat penundaan Olimpiade Tokyo 2020.
''Krisis akibat pandemi ini memiliki dampak finansial yang begitu besar buat seluruh pihak, tidak hanya dunia, masyarakat, dan Pemerintah, tapi juga dunia olahraga, termasuk Olimpiade,'' kata Bach.
Kendati begitu, Bach menutup adanya kemungkinan untuk memperpanjang kembali penundaan Olimpiade Tokyo 2020. Menurut mantan atlet anggar asal Jerman itu, IOC dan Pemerintah Jepang tetap berkonsentrasi untuk menggelar Olimpiade Tokyo 2020 pada tahun depan.
''Kini kami punya waktu satu tahun dan dua bulan untuk mempersiapkan gelaran olimpiade yang tertunda tersebut. Kami tidak bisa berspekulasi tentang perkembangan selanjutnya,'' tutur Bach.