REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE - Sebanyak 10 keluarga asal Ternate, Maluku Utara (Malut) yang anaknya bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di luar negeri meminta agar anak mereka dipulangkan ke Tanah Air. Keluarga mengajukan permintaan ini karena selama berbulan-bulan hilang kontak.
Perwakilan keluarga Abdurrahim Rajakmeminta Pemkot Ternate, Pemprov Malut, dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) agar bisa memulangkan keluarga mereka yang saat ni berada di luar negeri. "Mewakili keluarga menyampaikan kepada pemerintah daerah dan pusat agar saudara kami yang sementara berlayar di luar negeri untuk bisa dipulangkan ke daerah. Karena 10 ABK asal Rua Ternate yang berada di kapal ikan China tersebut berada di beberapa negara baik Afrika, Spanyol, Korea, Rusia dan beberapa negara lain," katanya pada Senin.
Menurut dia, mereka dibagi di beberapa negara dan itu tergantung dari kapal yang dinaiki. Bahkan sejumlah ABK yang yang berkeinginan untuk pulang ke Tanah Air tersebut memang ada yang bisa berkomunikasi dengan keluarga.
"Ada pula yang belum komunikasi selama kurang lebih dua tahun, enam bulan, dan tujuh bulan. Makanya tidak banyak harapan kami selain meminta pemerintah untuk memulangkan mereka," ujarnya.
Ibu kandung dari Rusmin Airin dan Ridwan Airin mengaku sempat berkomunikasi dengan salah satu anaknya yang berada di Korea. "Memang, kami sempat menelepon dan keinginan mereka di luar negeri ingin pulang kampung," ujarnya.
Sebab, selama selama bekerja di luar negeri kedua anaknya ini mengikuti kapal yang berbeda baik kapal yang melakukan aktivitas di Korea maupun Afrika. "Saat telepon mereka menyatakan kalau awal-awalnya sempat dapat pelayanan baik. Tetapi lama-kelamaan pelayanan yang baik sudah mulai berubah," katanya.
Lurah Rua Maruf M Saleh mengakui, warga asal Rua bekerja di luar negeri sekitar 20 orang. Ia selaku perwakilan pemerintah di tingkat Kelurahan yang didampingi Babinsa Kopral Satu Amang Hadin akan berupaya bertemu dengan Wali Kota Ternate supaya bisa menyampaikan masalah ini.
Sebelumnya, Rido Fachry Penasehat Hukum tiga korban mengatakan dari data yang berhasil diterima, ada kurang kebih 31 orang warga masyarakat Maluku Utara (Malut) yang saat ini menjadi ABK di kapal ikan berbendera China. Mereka direkrut tiga perusahan yakni PT Delta Samudra Berjaya, PT Lakemba, dan PT Mandiri Tunggal Bahari.
Kekhawatiran keluarga ini muncul menyusul seorang TKI asal Ternate bernama Rian Bahri yang merupakan warga Rua dilaporkan meninggal. Jenazah almarhum dikabarkan akan dimakamkan di kota Abidjan Pantai Gading, Afrika Barat pukul 10.00 waktu Abidjan atau pukul 19.00 WIT.
Almarhum yang direkrut perusahan PT Delta Samudra Berjaya pada Agustus 2018 itu,dikabarkan meninggal karena penyakit jantung. Almarhum meninggal dalam perjalanan menuju pelabuhan Abidjan guna melakukan pembongkaran ikan pada 19 Maret 2020.