Kamis 21 May 2020 17:03 WIB

Lockdown Berakhir, Kasus Covid-19 di Pakistan Kembali Naik

Pakistan mencatat kasus baru Covid-19 lebih dari 2.000 dalam sehari.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Dua orang berjalan di depan toko yang tutup selama pembatasan karena COVID-19 di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5). Pemerintah provinsi Punjab, Sindh, Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan pada Jumat (8/5) mengumumkan peloggaran pambatasan wilayah. Pembatasan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19.
Foto: EPA-EFE / SHAHZAIB AKBER
Dua orang berjalan di depan toko yang tutup selama pembatasan karena COVID-19 di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5). Pemerintah provinsi Punjab, Sindh, Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan pada Jumat (8/5) mengumumkan peloggaran pambatasan wilayah. Pembatasan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Data resmi pemerintah Pakistan menunjukkan kenaikan jumlah kasus infeksi virus corona baru atau Covid-19 beberapa hari terakhir usai dicabutnya lockdown atau karantina wilayah. Angka kasus Covid-19 mendekati 50 ribu dan kematian mencapai 1.000.

Bagi negara sebesar Pakistan, tingkat pengujian sekitar 14 ribu per hari masih terbilang rendah. Namun, menurut perhitungan Reuters yang menggunakan data resmi, tingkat infeksi sejauh ini tetap relatif stabil, dengan total infeksi berlipat ganda setiap 9 hingga 11 hari sejak 1 April.

Baca Juga

Namun demikian, dokter dan para ahli khawatir sistem pelayanan kesehatan Pakistan yang kurang didanai jika penularan semakin cepat. Dari data Reuters, dalam 20 hari pertama Mei, lebih dari 630 orang telah meninggal, dibandingkan dengan sekitar 380 di seluruh bulan April. Pakistan mencatat kurang dari 10 kematian pada Maret.

Sebanyak 32 kematian yang dilaporkan pada Rabu (21/5) menjadikan total 1.017 kematian di seluruh negeri. Pakistan kini menjadi negara ke-25 di seluruh dunia di mana jumlah korbannya telah melewati seribu. Pada Selasa, Pakistan melaporkan kematian terbanyak untuk satu hari yakni 46 jiwa karena Covid-19.

Sementara untuk infeksi yang dilaporkan pada Rabu (21/5) mencapai 2.193 atau tertinggi kedua untuk satu hari yang menjadikan jumlah total kasus Covid-19 di Pakistan menjadi 48.091. Terlepas dari jumlah korban meninggal dunia terakhir ini, Pakistan menghadapi kemiskinian.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Pakistan akan menyusut 1,5 persen tahun ini. Pemerintah juga diperkirakan akan kehilangan target utama pendapatan dan defisit, sehingga lebih bergantung pada pinjaman dari pemberi pinjaman multilateral.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pekan lalu telah mencabut kebijakan lockdown karena khawatir terhadap dampak ekonomi dan keuangan negara. Jutaan rakyat miskin terombang-ambing oleh kesulitan yang diderita karena dampak pembatasan wilayah. Tapi, Khan mengatakan, penyebaran virus telah jauh di bawah proyeksi.

Namun demikian, pendidikan adalah satu-satunya sektor utama yang masih tetap ditutup. "Berakhirnya pembatasan tidak berarti ancaman sudah berakhir," ujar Menteri Kesehatan Punjab, Yasmeen Rashid dikutip kantor berita Reuters, Kamis.

Sebagai kepala pemerintahan provinsi terbesar di Pakistan, Rashid mengatakan, bahwa rakyat perlu mengambil langkah-langkah keamanan bagi kesehatannya secara mandiri. Pakistan merupakan negara yang sebagaian besar penduduknya Muslim. Sebanyak 207 juta Muslim di sana menjalankan puasa Ramadhan dan bersiap menjalani perayaan Idlu Fitri yang dikhawatirkan memperngaruhi penyebaran virus.

Biasanya Idul Fitri menarik banyak orang ke mal-mal dan toko-toko. Budaya mudik atau pulang kampung juga dilakukan warga setempat. Sementara pemerintah telah menyarankan orang untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menghindari keluar karena alasan yang tidak penting.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement