Ahad 24 May 2020 23:11 WIB

Mengapa Tabayyun Itu Penting?

Allah SWT telah memperingatkan orang beriman tentang pentingnya tabayyun

Hoaks dapat dibendung dengan membudayakan tabayyun (ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Hoaks dapat dibendung dengan membudayakan tabayyun (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klarifikasi (tabayyun) terhadap suatu kabar berita merupakan kewajiban bagi kita dalam hidup bermasyarakat. Sebab, terkadang kabar berita yang kita terima, kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kadang-kadang berita itu hanya berupa isu-isu yang bersifat provokatif dan berita bohong belaka.

Baca Juga

Klarifikasi merupakan suatu tindakan preventif dalam mencegah terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan dari dampak suatu berita.

Allah telah memperingatkan kepada kita dalam firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS 49: 6).

Dalam ayat yang lain Allah menegaskan: Janganlah kamu membicarakan apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS 17: 36).

Sikap kritis dan kehati-hatian dalam menerima berita, terutama berkaitan dengan orang lain, akan menghindarkan kita dari perbuatan memfitnah dan ghibah (menggunjing).

Suatu berita akan menjadi fitnah bagi orang lain jika tidak benar, dan akan menjadi suatu ghibah (gunjingan) jika berita tersebut menceritakan keburukan seseorang.

Dalam hadis sahih Rasulullah menerangkan, ''Mengumpat yaitu engkau membicarakan saudara engkau dengan sesuatu yang dibencinya.'' Berkata seseorang, ''Bagaimana pendapat engkau jika ada pada saudaraku itu apa yang aku katakan?'' Nabi mengatakan, ''Jika ada pada saudara engkau apa yang engkau katakan, maka berarti engkau mengumpatnya (menggunjingnya), dan jika tidak ada apa yang engkau bicarakan, maka berarti engkau menuduhnya (memfitnahnya).'' (HR Ahmad dari Abu Hurairah).

Fitnah dan ghibah merupakan perbuatan yang tercela. Rasulullah saw dengan tegas menyatakan, ''Tidaklah akan masuk surga orang yang suka memfitnah.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa Allah tidak akan mengampuni tobat seseorang yang menggunjing sampai orang yang digunjingkannya itu memaafkannya.

sumber : Hikmah Republika oleh Mulyana
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement