REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan paramater dimulainya norma hidup sehat baru atau new normal tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Yurianto menyebut, Pemerintah menyesuaikan kondisi kasus Covid-19 dan kesiapan masing-masing daerah.
"Parameter-parameter ini tentunya tidak akan sama untuk tiap-tiap provinsi, tiap-tiap kabupaten, karena itu kajian data yang komprehensif dari masing-masing kabupaten sampai dengan tingkat provinsi pasti akan dibutuhkan," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (27/5).
Karena itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 akan terus memonitoring data kasus Covid-19 di masing-masing daerah untuk melakukan pengendalian. Sebab, intensitas perkembangan kasus Covid-19 berbeda di masing masing daerah.
"Sudah barang tentu intensitasnya akan berbeda dari masing-masing kabupaten kota, karena ini tergantung dari status gambaran epidemiologinya, saat ini kita tidak bisa menggeneralisasikan seluruhnya melaksanakan hal yang sama," ujarnya.
Meskipun ada keinginan masyarakat untuk kembali produktif, namun memastikan masyarakat aman dari penularan Covid-19 adalah syarat mutlak. "Kita minta juga semuanya bisa memaklumi dan bisa memahaminya, tujuan kita tetap sama bahwa seluruhnya harus produktif, kembali produktif namun dengan prasyarat mutlak yaitu aman dari Covid-19," katanya.
Karena itu, saat ini Pemerintah dalam hal ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 baik pusat maupun daerah terus melakukan kajian komprehensif terhadap rencana relaksasi aturan, tanpa meninggalkan protokol kesehatan. Namun demikian, tatanan hidup sehat baru atau new normal ini sudah bisa dimulai oleh masyarakat dari lingkungan keluarga.
"Bagaimana kebiasaan orang per orang berubah dengan melakukan hal-hal yang tidak memberikan ruang sama sekali untuk sebaran Covid-19 dengan mencuci tangan secara rutin, menggunakan masker saat berada di luar rumah menghindari kerumunan, menjaga jarak," katanya.