REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kementerian Tenaga Kerja Singapura menyatakan pemerintah berencana untuk membangun perumahan tambahan untuk pekerja migran pada akhir tahun ini, Senin (2/6). Langkah ini akan bisa menampung sekitar 60 ribu pekerja migran yang hidup dalam kondisi tempat huni yang padat.
Negara berpenduduk 5,7 juta orang ini memiliki lebih dari 35 ribu kasus virus corona. Sebagian besar disebabkan oleh infeksi karena tempat yang sempit di tempat tinggal migran. Tempat tidur susun yang menampung lebih dari 300 ribu sebagian besar pekerja Asia Selatan ini membuka penyebaran virus corona menjadi lebih besar di negara ini.
Belajar dari penambahan kasus di tempat tinggal para migran, Singapura akan membangun ruang tambahan melalui struktur sementara. Nantinya bangunan ini dapat disatukan dengan cepat dalam bentuk modular.
Rencana ini juga cocok dengan properti negara yang tidak digunakan, seperti bekas sekolah dan pabrik kosong. Pemerintah mengatakan asrama adalah pendekatan praktis untuk menampung pekerja migran di Singapura yang kekurangan tanah, tetapi pihaknya berupaya meningkatkan standar akomodasi.
Langkah terbaru ini sedang menguji standar baru, termasuk peningkatan ruang hidup per penduduk. Pengurangan jumlah tempat tidur di setiap kamar dan mengurangi berapa banyak orang yang berbagi toilet dan kamar mandi akan menjadi solusi terbaik saat ini.
Dalam jangka panjang, pihaknya berencana membangun asrama permanen baru untuk menampung hingga 100 ribu pekerja. Rancangan ini akan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menyelesaikannya dengan bangunan pertama akan siap dalam satu atau dua tahun ke depan.
Pemerintah juga mempelajari kemungkinan membangun dan menyewakan asrama-asrama tersebut. Saat ini, operator komersial akan mendukung dengan membantu membangun dan mengoperasikannya.