REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jika manusia diperintahkan untuk tunduk kepada Allah SWT, hanya sebagian dari manusia yang melakukannya sebab sifat dasar manusia yang penuh dinamika. Namun tunduknya matahari dan benda langit kepada Allah tak mengenal kata tidak.
Miliaran benda langit seperti planet, bintang-bintang, matahari (juga bintang), galaksi, seluruhnya berada dalam peredaran yang diperintahkan Allah. Tak ada satu pun manusia yang dapat menghitung jumlah ruang, batas, hingga bilangan dari benda langit tersebut.
Kekuasaan Allah memang tak bisa diukur, maka tepat kiranya mengapa bila dikatakan bahwa miliaran benda langit tersebut berada dalam garis edar yang telah Allah tentukan. Sedahsyat apapun kekuatan benda-benda langit dalam memainkan perannya di dalam tata surya atau pun galaksi, sesungguhnya mereka hanyalah benda tanpa kuasa. Mereka tunduk dan taat perintah Allah, sehingga yang mereka lakukan hanyalah menuruti perintahNya.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al-A’raaf ayat 54:
وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Wasyamsa wal-qamara wannujuma musakharati biamrihi. Ala lahul-khalqu wal-amru. Tabarakallahu Rabbu-alamin.”
“Matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memeritah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah Tuhan semesta alam.”
Dalam buku Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadits karya Hisham Thalbah dijelaskan, matahari, bulan, dan bintang memang tidak mampu melakukan apapun kecuali atas perintah Allah. Matahari tak bisa melambat sedetik pun atau mempercepat rotasinya sedetik saja tanpa adanya perintah dari Allah.
Yang terjadi, matahari selalu berada di batas akurasi yang hampir sama setiap harinya. Memberikan perlindungan dan penghidupan kepada bumi beserta isinya atas perintah Allah. Begitu pula peran bulan serta bintang-bintang yang bertebaran di angkasa. Siang dan malam yang terjadi di bumi merupakan buah cinta Allah SWT kepada manusia melalui perantara benda-benda langit yang ditundukkan Allah.
Allah memiliki hak prerogatif untuk menciptakan sesuatu. Allah juga lah yang memerintahkan ciptaannya untuk tunduk. Begitu benda-benda langit, sejatinya manusia juga diminta hal serupa: bertakwa dan tunduk. Hanya saja karena manusia diberikan hawa nafsu, sifat tunduk yang sejatinya ada di dalam sanubari manusia itu kerap ditutupi nafsu.
Namun demikian bagi hamba-hambaNya yang bertakwa, Allah memujinya dibandingkan dengan makhluk lain yang ada. Hal itu sebagaimana diabadikan Allah dalam Alquran surat Ali Imran ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ
“Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi ta’muruna bil-ma’rufi wa tanhauna anil-munkari wa tu’minuna billahi.”
Yang artinya: “Kamu (Muhammad) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, memerintahkan kepada yang ’a'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan beriman lah kepada Allah,”.