REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ferry Juliantono menyayangkan peran pemerintah yang kurang memperhatikan pasar. Bahkan, stimulus ekonomi saat pandemi Covid-19 yang dikeluarkan pemerintah dinilainya tak terlalu berdampak bagi pasar.
"Sayangnya alokasi anggaran pemulihan ekonomi itu banyaknya hanya untuk korporasi besar, bukan ke pasar," ujar Ferry dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (6/6).
Selain itu, ia menilai tidak adanya sinkronisasi dari pemerintah pusat dalam memperbaiki sektor perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Saat ini, banyak pedagang pasar yang gulung tikar dan menimbulkan kemiskinan baru.
"Yang kena dampak ini pengusaha UKM, koperasi, dan termasuk pasar juga. Tetapi yang dibantu, didukung malah yang lain-lain. Harusnya besaran alokasi ditujukan ke sektor yang paling kena," tegas Ferry.
Untuk itu, ia berharap memberi perhatian lebih kepada pasar tradisional di tengah pandemi virus Covid-19. Khususnya dalam penerapan kenormalan baru atau new normal. "Saya berharap pemerintah pusat ada intervensinya, bersama-sama pemerintah daerah. Karena kalau pasar hanya diserahkan pemda rasanya tidak cukup," ujar Ferry.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian mengeklaim, pemerintah akan memberi perhatian lebih kepada pasar tradisional selama penerapan kenormalan baru atau new normal. Sebab, pasar merupakan tempat berlangsungnya ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Pemerintah akan memfokuskan perhatian pada pasar tradisional, dan jumlahnya itu juga cukup banyak," ujar Donny.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi sektor perekonomian masyarakat, disebutnya bukan sebagai tinjauan biasa. Itu merupakan tanda bahwa pemerintah serius dalam mempersiapkan segala protokol untuk menyambut new normal. "Itu semata-mata wujud perhatian kesiapannya, tetapi bukan berarti yang lain ditinggalkan," klaim Donny.