REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kecepatan penyebaran virus corona baru (Covid-19) yang cepat menyebabkan guncangan ekonomi global sangat signifikan. Dalam laporan terbaru Bank Dunia (World Bank) berjudul Global Economic Prospect yang dirilis Senin (8/6), ekonomi dunia diperkirakan mengalami kontraksi hingga 5,2 persen pada tahun ini.
Perkiraan terbaru Bank Dunia ini merosot 7,7 persen dibandingkan proyeksi Januari. Penyusutan ekonomi tersebut diperkirakan menjadi resesi global terdalam sejak delapan dekade terakhir, meski banyak negara telah melakukan kebijakan yang tidak pernah dilakukan sebelumnya (unpredecented policy).
Bank Dunia memperkirakan, ekonomi kembali pulih pada tahun depan dengan prediksi pertumbuhan 4,2 persen.
Pendapatan per kapita sebagian besar pasar dan ekonomi negara berkembang (EMDEs) diperkirakan menyusut tahun ini. Di antaranya Thailand dan Rusia yang masing-masing kontraksi lima persen dan enam persen. Meksiko bahkan diprediksi tumbuh negatif 7,5 persen. Di sisi lain, Indonesia masih akan tumbuh meskipun nol persen.
Resesi global akan terjadi lebih dalam apabila pengendalian pandemi membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan prediksi semula, atau apabila tekanan keuangan memicu cascading default.
Dalam laporannya, Bank Dunia menyoroti pengendalian pandemi membutuhkan penanganan kesehatan dan tindakan kebijakan ekonomi yang signifikan. Termasuk kerja sama global untuk mengurangi konsekuensinya, melindungi populasi rentan dan meningkatkan kapasitas negara dalam mencegah dan mengatasi kejadian serupa di masa depan.
Catatan tersebut terutama ditekankan Bank Dunia terhadap EMDEs. Sebab, negara-negara ini sangat rentan sehingga penting untuk memperkuat sistem perawatan kesehatan publik dan jaring pengaman sosial. Setelah krisis kesehatan mereka, mereka juga harus melakukan reformasi yang memungkinkan pertumbuhan kuat dan berkelanjutan.
Disruspi pandemi cenderung lebih parah dan berlarut-larut di negara-negara yang mengalami outbreak domestik lebih besar dan bergantung pada perdagangan internasional. Khususnya melalui spillover komoditas global dan finansial pasar, rantai nilai global dan pariwisata.
Beberapa kawasan yang masuk kategori tersebut adalah Amerika Latin dan Caribean (LAC) serta Eropa dan Asia Tengah. Masing-masing diprediksi kontraksi 7,2 persen dan 4,7 persen karena ukuran wabah di tingkat domestik dan dampak spillover global.