REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan, sektor pariwisata di Bintan, Kepulauan Riau, menjadi salah satu destinasi yang dinilai siap menerapkan protokol kesehatan untuk menyambut tatanan normalan baru atau new normal.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizki Handayani, mengatakan, Bintan termasuk destinasi yang siap di buka jika Singapura sudah membuka wilayah perbatasannya. Namun untuk menghadapi hal itu, seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Bintan harus benar-benar menyiapkan SOP dan pedoman kesehatan.
"Kawasan wisata Lagoi dan sekitarnya, SOP ini sudah diterapkan. Namun kita perlu mempersiapkan standar kesehatan untuk menyambut wisatawan agar saat mereka datang merasa aman saat berwisata di Bintan," kata Rizki, Rabu, (10/6).
Rizki mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak perubahan dari sektor pariwisata. Pertama dampak terhadap pasar dan kedua dampak terhadap destinasi itu sendiri, baik dari segi atraksi, akses, dan amenitas.
Dari segi market, lanjut Rizki, juga akan mengalami perubahan baik dari segi kuantitas maupun dari segmen atau kualitasnya. Sebelum pandemi Covid-19, pemerintah sudah mencanangkan sektor pariwisata ke depan bertransformasi dan menekankan pada quality tourism.
Ia menjelaskan, ke depan akan ada tiga skenario berwisata. Yang pertama, travel defense atau mereka yang berwisata tanpa memikirkan kondisi yang saat ini terjadi, yang penting mereka berwisata. Ini sangat mengkhawatirkan karena pandemi ini belum selesai.
Kemudian travel phobia adalah mereka yang tidak mau kemana-mana. Lalu travel wise, yakni wisatawan yang sangat memperhatikan banyak aspek dan terutama protokol kesehatan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan Wan Ruddy Iskandar menjelaskan, Bintan saat ini sudah masuk dalam zona hijau yang ini kemudian menjadi peluang untuk mengembangkan pariwisata di Bintan. Kemenparekraf juga telah mendorong sektor parwisata di Bintan terutama yang berbasis masyarakat Community Base Tourism (CBT) untuk segera bergerak.
"Kesiapan masyarakat menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Ketika dibuka tapi masyarakatnya belum siap itu menjadi perhatian, termasuk masyarakat di sekitar daya tarik wisata," kata Ruddy.